Fenomena ini menunjukkan betapa rapuhnya ekosistem informasi kita. Media sosial membuat apa pun bisa viral dalam sekejap. Yang lebih mengkhawatirkan, konten yang memicu emosi cenderung lebih cepat menyebar ketimbang klarifikasi yang berisi fakta. Padahal, jika kita mau menahan diri sejenak dan mencari informasi yang lebih valid, kebenaran akan terlihat jelas.
Sebagai seorang guru, saya merasakan sendiri bagaimana isu ini bisa menyakiti hati. Tetapi saya juga belajar, jangan sampai kemarahan menutup pintu kebijaksanaan. Lebih baik kita menjadikan kasus ini sebagai momentum untuk mengingatkan semua orang: di tengah derasnya arus informasi digital, jangan biarkan viral mengalahkan verifikasi.
Fenomena Viral di Era Digital
Media sosial kini ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, ia memberi ruang kebebasan berekspresi dan distribusi informasi yang nyaris tanpa batas. Namun di sisi lain, ia juga membuka celah penyalahgunaan: potongan video, narasi menyesatkan, bahkan deepfake yang tampak begitu meyakinkan.
Kasus “guru beban negara” hanyalah salah satu contoh terbaru. Potongan video singkat dengan kualitas rendah diunggah ke platform populer, lalu disebarkan ulang oleh ribuan akun. Tanpa verifikasi, narasi bahwa “Sri Mulyani menyebut guru beban negara” langsung dipercaya. Emosi lebih dulu bekerja ketimbang logika.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana informasi kini tidak lagi diukur dari kebenarannya, tetapi dari seberapa cepat ia menyebar. Yang viral lebih dulu, kerap dianggap benar.
Kronologi Hoaks “Guru Beban Negara”
Awal Agustus 2025, beredar video pendek yang menampilkan potongan pidato Sri Mulyani dalam sebuah forum pendidikan. Dalam video tersebut, terdengar seolah-olah Menkeu menyebut “guru adalah beban negara.” Potongan itu segera memantik reaksi keras, terutama dari para guru dan organisasi profesi seperti PGRI.
Padahal, jika ditelusuri, pidato lengkap Sri Mulyani sama sekali tidak berisi kalimat tersebut. Ia justru sedang membahas tantangan anggaran Pendidikan, bagaimana porsi besar APBN terserap untuk gaji dan tunjangan guru/dosen, sementara masih ada kebutuhan lain seperti fasilitas sekolah, laboratorium, hingga beasiswa.
Kementerian Keuangan segera memberikan klarifikasi resmi: Sri Mulyani tidak pernah mengatakan guru beban negara. Yang ada adalah penyalahgunaan video melalui teknik potong-tempel bahkan manipulasi audio visual. Beberapa media kemudian melakukan pengecekan dan memastikan bahwa narasi yang viral itu hoaks.
Video tersebut merupakan hasil deepfake dan potongan tidak utuh dari pidato beliau saat Forum Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri di ITB, 7 Agustus 2025.