Bandar Lampung- sebuah kota yang terkenal dengan kehangatan penduduknya, kuliner khasnya, dan tentu saja mahkota kebanggaan daerahnya: Siger.
Februari lalu, di tengah hiruk pikuk kota, berdirilah JPO Siger Milenial, ikon baru yang dirancang bukan hanya untuk menghubungkan dua titik, tapi juga dua zaman: masa lalu yang penuh makna budaya dan masa kini yang gemar berburu angle Instagramable. Bentuknya unik, estetik, dan diharapkan menjadi mahkota kota yang tak lekang oleh waktu.
Namun, seperti pepatah lama: "mahkota paling berkilau pun bisa ternoda setitik debu."
Hanya beberapa bulan setelah peresmian, sebuah foto yang beredar di dunia maya memicu gelombang komentar dan tudingan. Katanya retak. Faktanya? Kisah ini jauh lebih hijau daripada yang dibayangkan secara harfiah.
Biar lebih konkrit, saya menjelaskan ini dalam bentuk babak dan opini saya.
Babak 1: JPO Siger Milenial, Ikon dan Harapan
Bagi warga Bandar Lampung, nama Siger Milenial bukan dipilih sembarangan. "Siger" adalah mahkota tradisional yang biasa dikenakan dalam upacara adat pernikahan Lampung, melambangkan keagungan, kehormatan, dan identitas. "Milenial" adalah sapaan untuk generasi muda yang energik, kreatif, dan gemar berfoto lalu membagikannya ke media sosial.
Dengan menggabungkan keduanya, Pemkot Bandar Lampung berharap jembatan ini menjadi jembatan budaya, menghubungkan nilai-nilai lokal dengan semangat zaman. Lokasinya pun strategis, tepat di depan Kantor Pemerintah Kota, menghubungkan dengan Masjid Agung Al Furqon.