Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kekuatan Keheningan di Ruang Kelas

30 Juli 2025   20:36 Diperbarui: 30 Juli 2025   20:36 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Guru hening sejenak untuk menenangkan murid-muridnya. (Sumber: Dokumen Pribadi/dibuat dengan AI) 

Kekuatan Keheningan di Ruang Kelas 

"Hari ini, cuaca terasa terik. Suasana kelas pun panas, bukan hanya karena udara, tetapi juga karena riuh rendah para siswa. Mereka masih sibuk dengan aktivitas masing-masing setelah menerima hasil penilaian tugas mata pelajaran Matematika. Ada yang terlihat puas karena nilainya sesuai harapan, ada pula yang tampak kecewa hanya karena satu kesalahan kecil di akhir jawaban".

Keriuhan itu membuat sebagian siswa bahkan tidak menyadari bahwa saya sudah berdiri di depan kelas untuk memulai pelajaran.

Fenomena seperti ini bukanlah hal yang asing dalam dunia pendidikan. Sebagai guru, saya sudah terbiasa menghadapi berbagai situasi kelas. Namun, kali ini saya memilih langkah sederhana yang sering kali terlupakan: diam. Bukan karena marah, bukan pula karena kelelahan. Saya memilih diam untuk menjaga keheningan diri.

Dan ternyata, cara ini efektif. Perlahan, satu per satu siswa mulai menyadari kehadiran saya. Suara mereka mereda. Buku kembali dibuka, dan perhatian kembali tertuju ke depan kelas. Sama sekali tanpa teriakan, tanpa peringatan, dan hanya dengan keheningan.

Di tengah dunia pendidikan modern yang serba cepat, guru sering merasa harus terus berbicara untuk menjaga dinamika kelas. Sementara siswa pun terbiasa menerima aliran informasi tanpa henti. Namun, penelitian psikologi pendidikan justru menunjukkan sebaliknya: keheningan adalah salah satu alat yang sangat kuat untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar.

Keheningan bukanlah kekosongan, melainkan ruang bagi otak untuk bernapas. Dalam psikologi kognitif, jeda singkat setelah penjelasan atau pertanyaan memungkinkan otak siswa memproses informasi, mengaitkannya dengan pengetahuan sebelumnya, dan menyiapkan respons yang lebih matang.

Rahasia Psikologis di Balik Keheningan

Keheningan bukan sekadar sikap pasif. Dalam psikologi kognitif, jeda hening memiliki peran penting bagi proses belajar. Mary Budd Rowe (1974) memperkenalkan konsep wait time yaitu jeda beberapa detik setelah guru bertanya atau memberi instruksi yang terbukti:

  • Meningkatkan kualitas jawaban siswa hingga 80% lebih baik,
  • Mengurangi jawaban “tidak tahu” secara signifikan,
  • Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

Penelitian lanjutan bahkan menyarankan 5-10 detik keheningan setelah pertanyaan diajukan agar siswa dapat memproses informasi lebih matang dan merespons dengan lebih percaya diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun