Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tak Perlu Disuruh, Anak-Anak Ini Bergotong Royong: Beginilah Profil Pelajar Pancasila Sejati

30 Juli 2025   09:03 Diperbarui: 30 Juli 2025   15:25 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gotong Royong merupakan salah satu Dimensi Profil Pelajar Pancasila. (Dok. Pribadi/Tupari)

Tak Perlu Disuruh, Anak-Anak Ini Bergotong Royong: Beginilah Profil Pelajar Pancasila Sejati 

Pagi itu di hari Minggu, sekira pukul 06.30, suara bising terdengar dari samping rumah. Saya sudah duduk di depan komputer, menyelesaikan beberapa pekerjaan mendesak, sehingga tidak begitu menghiraukan suasana sekitar. 

Istri saya yang penasaran, memeriksa ke luar dan melaporkan dengan nada terkejut sekaligus kagum: sudah ada sekumpulan anak-anak yang sedang membersihkan lapangan bola di sebelah rumah, lapangan yang biasanya mereka pakai bermain saat sore hari. Karena rasa senangnya, akhirnya sang istri pun turut terlibat bersama mereka.

Lapangan ini sebenarnya hanyalah sebidang tanah kosong yang saya alihfungsikan menjadi lapangan voli. Awalnya, pada tahun 2020 saat pandemi COVID-19, tanah itu sempat menjadi tempat upacara ala RT, panggung seni sederhana anak-anak muda sekitar dalam memperingati HUT RI.  Tapak sejarahnya adalah lukisan Presiden Soekarno dan Garuda Pancasila di tembok rumah.

Kepedulian dan rasa memiliki lingkungan merupakan karakter penting yang harus dikembangkan sejak dini. (Dok. Pribadi/Tupari)
Kepedulian dan rasa memiliki lingkungan merupakan karakter penting yang harus dikembangkan sejak dini. (Dok. Pribadi/Tupari)

Setelah Agustus lewat, saya mulai berpikir bagaimana cara memberdayakan anak-anak muda agar tak sekadar sibuk dengan gawai. Maka tercetuslah ide membuat lapangan voli. Berkat dukungan para orang tua dan semangat gotong royong warga, lapangan itu pun jadi dan dimanfaatkan bersama.

Hingga kini, tempat itu tidak hanya dipakai remaja, tapi juga anak-anak kecil hingga usia SMP dan SMA untuk bermain bola dan berkumpul. 

Beberapa teman menyarankan agar tanah itu dijadikan kontrakan saja, katanya demi investasi. Tapi saya menjawab, “Ini juga investasi, investasi SDM. Kelak mereka akan menjadi pribadi yang berguna bagi negeri ini.”  Saya mungkin tidak mendapatkan keuntungan duniawi, tapi semoga ini menjadi tabungan amal setelah saya tiada, begitu kelakar saya kepada mereka yang bertanya.

Bekerjasama memindahkan pasir dan tanah. (Dok. Pribadi/Tupari)
Bekerjasama memindahkan pasir dan tanah. (Dok. Pribadi/Tupari)

Mungkin ini terlalu idealis, kenapa harus memperhatikan nasib anak orang? Sebenarnya, mereka mau ada ruang atau tidak itu bukan urusan saya, tapi entahlah. Seakan ada dorongan batin tidak bisa saya tolak, dan ini tidak bisa dinilai dengan uang. Bukan saya tidak butuh uang, tapi melihat calon generasi bangsa ini tumbuh di zona yang benar serasa membuat saya bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun