Mohon tunggu...
Nisa Nurazizah
Nisa Nurazizah Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate

sedang belajar menulis✨

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kupas Isu "The End of Mass Communication?"

31 Maret 2024   07:18 Diperbarui: 31 Maret 2024   07:26 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang penasaran (Sumber: gettyimages.com)

Namun, kini new media menyebabkan dasar- dasar komunikasi massa ini tidak lagi sama seperti dulu. New media sebagai media baru kontemporer memungkinkan:

  • Pengiriman dan pengambilan informasi dalam jumlah yang lebih besar
  • Komunikasi menjadi interaktif (dua arah)
  • Menempatkan kontrol lebih besar atas pembuatan dan pemilihan konten di tangan penggunanya
  • Memungkinkan pengguna untuk menjadi produsen konten
  • Sifat audiensnya tersebar sehingga sulit diidentifikasi dan dimonitor
  • Tersedianya berbagai macam saluran dan konten yang sangat tidak terbatas, dll.

Dengan demikian, perubahan yang terjadi akibat hadirnya new media membuat kajian komunikasi massa semakin kompleks. Penelitian atau studi tentang khalayak media, konten media dan efek media menjadi lebih sulit karena luasnya media komunikasi dan penyebaran khalayak media massa.

Teori Kultivasi

Chaffee dan Metzger (2001) menunjukkan salah satu contoh perubahan yang terjadi pada kajian komunikasi massa (mass communication) dari segi teori kultivasi. Mereka menjelaskan bahwa teori kultivasi (cultivation theory) didasarkan pada asumsi bahwa audiens menggunakan media tertentu secara kontinyu untuk mengakses informasi. Dalam teori ini, dibatasi pada penonton media televisi yang secara pasif menerima pesan atau konten media.

Jika dilihat dari situasi sekarang, maka akan muncul pertanyaan, apakah orang masih senantiasa menonton televisi secara pasif dan kontinyu sebagaimana yang dilakukan orang- orang di masa awal kemunculan teori ini?

 Sebagaimana kita ketahui, hadirnya internet telah mengubah televisi dari yang hanya beberapa jaringan nasional menjadi sistem dengan ratusan cable channels dan beragam konten. Selain itu, hadirnya internet juga mengubah cara masyarakat dalam mengonsumsi informasi dan hiburan. Maka, menurut beberapa ahli, keragaman saluran dan konten yang tidak terbatas, serta kontrol pengguna yang diberikan oleh teknologi new media menjadi akhir dari teori kultivasi ini (Chaffee and Metzger, 2001 dalam Bryant, 1986).

Ilustrasi orang sedang menonton televisi (Sumber: Kompas.com)
Ilustrasi orang sedang menonton televisi (Sumber: Kompas.com)

Contoh Kasus di Indonesia

Penulis akan membahas contoh kasus di Indonesia yang terkait dengan teori kultivasi. Dalam hal ini, terdapat dua kasus pembunuhan, yang keduanya sama- sama terjadi akibat terpaan tayangan media. Namun perbedaannya terletak di usia pelaku dan jenis media yang digunakan, yaitu sinetron di televisi dan film- film di internet. Dua kasus tersebut sebagai berikut:

1. Seorang istri melakukan pembunuhan terhadap suami dan anak tirinya, serta mengaku bahwa rencana pembunuhan yang ia lakukan terinspirasi dari cerita sinetron (BBC News)

2. Seorang remaja berusia 15 tahun membunuh tetangganya yang berusia lima tahun dan mengaku terinspirasi dari film berbau pembunuhan di Youtube (Inews.id).

Kasus pertama diambil berdasarkan berita online BBC News Indonesia, yang berjudul "Kasus pembunuhan suami dan anak: Bisakah sinetron mendorong tindak kejahatan keji?", yang ditulis oleh Rivan Dwiastono pada 5 September 2019. Kasus ini mengangkat tentang seorang istri yang melakukan pembunuhan terhadap suami dan anak tirinya, serta mengaku bahwa rencana pembunuhan yang ia lakukan terinspirasi dari cerita sinetron.

Dalam teori kultivasi, media massa khususnya televisi dianggap berpengaruh besar atas kecenderungan perilaku khalayaknya. Pengaruh tersebut tidak muncul secepat kilat melainkan membutuhkan waktu dan bersifat kumulatif. Selain itu, perubahan perilaku dapat terjadi jika intensitas dan frekuensi terpaan tayangannya tinggi. Teori ini juga berpendapat bahwa khalayak televisi merupakan individu- individu yang secara pasif menerima informasi dan tidak berinteraksi satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun