Mohon tunggu...
tukiman tarunasayoga
tukiman tarunasayoga Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Kemasyarakatan

Pengajar Pasca Sarjana Unika Soegiyopranata Semarang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Optimalisasi Makna "Kaya Orong-orong Dipidak"

11 Agustus 2020   11:09 Diperbarui: 11 Agustus 2020   11:07 2089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Optimalisasi Makna "Kaya Orong-orong Dipidak"

Tukiman Tarunasayoga

Jujur harus diakui, ada orang bertanya-tanya sekitar apa saja kriteria dan persyaratannya bagi tokoh-tokoh  yang (akan) menerima penghargaan/bintang tanda jasa sekaitan dengan peringatan 75 tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. 

Mereka yang bertanya-tanya itu besar kemungkinannya sedang berkecamuk di dalam hatinya perasaan paradoksal berikut: (a) kagum sekaligus heran, (b) iri sertamerta mengakui, dan/atau (c) strateginya jitu namun juga  "kok begitu ya?"

Titik-titik kritis

Penghargaan adalah sebuah pengakuan yang sertamerta akan menimbulkan pro-kontra dalam masyarakat, meskipun kriteria dan persyaratannya sudah dibuat sangat rinci seolah-olah tidak ada celah lagi  untuk ditolak atau dipertanyakan. 

Penghargaan menunjukkan gradasi pengakuan; kalau seorang Ketua RT memberikan penghargaan "kalpataru lokal" kepada warga RT-nya, itu adalah pengakuan bahwa warga penerima piala kalpataru lokal  itu memang peduli terhadap masalah lingkungan. 

Tidak mungkinlah seseorang diberi pengakuan peduli lingkungan kalau di halaman rumahnya tidak tampak bahkan sebuah pot bunga pun. Kalau penghargaan itu diberikan oleh seorang Bupati, berarti pengakuannya minimal meliputi wilayah kabupaten di situ. Begitulah kalau penghargaan itu diberikan oleh seorang kepala Negara.

Ada titik-titik kritis menyertai penghargaan/pengakuan, dan semakin tinggi gradasi penghargaan itu diberikan, semakin terbuka pula titik-titik kritis itu, misalnya akan terjadi penolakan (massal). Wajar saja bila terjadi seperti itu, dan memang di setiap penghargaan, di bagian akhir senantiasa tercantum kalimat "......akan ditinjau kembali."

Strategi?

Apakah pemberian penghargaan ada muatan strategi di dalamnya? Misalnya di aras RT yang setiap tahun memberikan piala bergilir kalpataru lokal tadi, terkandung maksud strategis agar warga terdorong untuk menanam pohon dan selalu menjaga kebersihan lingkungan rumahnya, lalu setiap malam tirakatan menjelang 17 Agustus, diumumkan siapa penerima piala bergilir kalpataru lokal tahun ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun