Kebahagian seorang guru adalah ketika melihat murid-muridnya bisa tersenyum saat melewati masa-masa sulitnya. Saya pernah mempunyai murid pindahan dari sekolah lain yang punya masalah kesulitan belajar, speech delay dan gangguan konsentrasi. Awalnya mereka pindah sekolah karena sering dibully oleh teman-temannya. Kejadian bully ini membuat anak-anak tersebut tambah terpuruk, padahal mereka sudah cukup minder karena punya masalah belajar. Â Masalah-masalah inilah yang membuat anak-anak tersebut mudah emosional seperti mogok sekolah, malas untuk berusaha, mudah tersinggung dan sangat sensitif. Rasa kurang percaya diri dan menganggap dirinya tidak mampu inilah yang membuat anak-anak ini malas untuk berusaha. Ada yang diejek pemalas karena sering mengerjakan tugas-tugasnya tidak selesai tepat waktu seperti dari 10 soal, dia hanya dapat menyelesaikan 2 soal.
Ada yang pindah sekolah karena sering diejek oleh teman-temannya dengan perkataan mukanya jelek seperti monyet, bahkan anak tersebut diejek di depan orangtuanya sendiri. Ada juga pindah karena anak tersebut tidak naik kelas dan takut minder karena kakaknya berprestasi di sekolahnya.
Di sinilah peran guru, orangtua dan sekolah untuk membantu anak-anak ini supaya  dapat mengatasi rasa trauma dibully dan membangkitkan rasa percaya diri si anak dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Meyakinkan si anak bahwa kita memahami perasaannya dan akan membantunya untuk menghadapi kesulitannya. Untuk membantu anak-anak ini memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. bahkan perlu bertahun-tahun untuk memahami dan menemukan gaya belajar yang tepat untuk anak tersebut. Bantuan psikolog sangat diperlukan supaya kita dapat membantu anak secara maksimal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI