Episode 5: Di Balik Lukisan yang Diam
Sejak pertemuan di kantor Darius, hidup Sasha dipenuhi dengan aroma cat minyak yang berbeda. Bukan lagi aroma kesepian, tetapi aroma sebuah proyek yang memiliki makna. Ia mulai melukis potret Darian, adik Darius.
Darius mengirimkan beberapa foto Darian ke Sasha. Di foto-foto itu, Darian terlihat sebagai sosok yang ceria, dengan mata yang selalu tersenyum. Namun, Sasha menyadari ada kesedihan yang tak terlihat, sebuah kegelapan yang sama seperti yang ia lihat pada diri Darius. Kesedihan itu seperti bayangan yang selalu mengikuti, bahkan dalam senyum termanis.
Selama proses melukis, Darius sering datang ke apartemen Sasha. Awalnya, Sasha merasa cemas. Ia takut. Darius akan duduk di sofa, diam, hanya mengawasi Sasha saat melukis. Ruangan yang kecil itu terasa penuh sesak dengan kehadirannya. Sasha bisa merasakan tatapan Darius, yang tidak hanya mengawasi kuasnya, tetapi juga membaca setiap gerak-geriknya.
Suatu sore, saat Sasha sedang mencampur warna, tangannya gemetar. Ia tidak bisa fokus. Ia teringat kembali pada kata-kata Rendy yang menusuk, yang membuatnya merasa tak berharga. Tanpa sadar, ia menjatuhkan kuasnya. Tetesan cat hitam jatuh, merusak bagian wajah di kanvas.
Sasha menghela napas, putus asa. Ia mengambil lap, mencoba membersihkan cat itu. Namun, lukisan itu justru semakin kotor. Ia merasa malu. Ia gagal.
Darius bangkit dari sofanya. Langkahnya tenang, tanpa suara. Ia berdiri di belakang Sasha, melihat kegagalan kecil itu. Sasha menunduk, siap untuk menerima ejekan atau tatapan sinis. Ia sudah terbiasa.
Namun, yang ia dapatkan adalah sebaliknya. Darius dengan lembut mengambil kuas dari tangan Sasha. Ia mengambil cat putih, dan dengan hati-hati menutupi noda hitam itu. Tangannya terampil, tidak gemetar.
"Kesalahan bukanlah akhir dari segalanya," ucap Darius, suaranya pelan. "Itu adalah awal dari sesuatu yang baru."