Ancaman itu membuat Rendy tak berdaya. Ia tahu, ayahnya tidak main-main. Jika ia menolak perjodohan itu, ia akan dicoret dari daftar keluarga Subrata. Ia akan dimiskinkan, semua yang ia bangun selama ini akan direnggut. Ia tidak hanya akan kehilangan harta, tapi juga nama baik.
Dengan berat hati, Rendy harus membuat pilihan yang paling sulit dalam hidupnya. Pilihan antara cintanya pada Ayla, atau tanggung jawabnya pada keluarganya.
Malam itu, Rendy menelepon Ayla. Suaranya terdengar berat dan penuh penyesalan.
"Ayla... kita harus mengakhiri ini."
"Ada apa, Rendy?" tanya Ayla, hatinya berdegup kencang.
"Maafkan aku, Ayla. Aku tidak bisa melanjutkan ini. Aku... aku akan menikah."
Hati Ayla terasa remuk. Pukulan itu datang begitu tiba-tiba, tanpa peringatan. Air matanya tak bisa ia tahan.
"Tapi... kenapa? Kamu bilang kamu mencintaiku..."
"Maaf, Ayla. Aku... aku tidak bisa menjelaskannya. Percayalah, ini yang terbaik untuk kita berdua."
Sambungan telepon terputus. Ayla hanya bisa terdiam, memeluk lututnya, menangis sejadi-jadinya. Untuk kedua kalinya, ia kembali patah hati. Luka lama yang hampir sembuh, kembali menganga. Ia berjanji pada dirinya sendiri, kali ini, ia akan menutup hatinya rapat-rapat. Ia tidak akan lagi membuka pintu untuk cinta.
Bagaimana Ayla akan bangkit dari kepatahhatian ini? Akankah ia bertemu dengan cinta yang tulus? Atau ia akan benar-benar menutup hatinya selamanya? Kisah ini akan terus berlanjut.