Mohon tunggu...
Tripviana Hagnese
Tripviana Hagnese Mohon Tunggu... Bisnis, Penulis, Baker

Saya seorang istri, ibu rumah tangga, yang juga mengelola bisnis, ada bakery, laundry, dan parfum.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kabut Senja Di Balik Jeruji Besi (Ep. 8/10)

22 Juli 2025   10:25 Diperbarui: 22 Juli 2025   09:36 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Kabut Senja Di Balik Jeruji Besi (Ep. 8/10)

Aruna, dari posisi tersembunyi di seberang jalan, memantau feed CCTV lainnya melalui tablet yang terhubung ke sistem keamanan yang berhasil mereka bobol sementara. "Aman, Bram. Terus. Ada lampu sensor gerak di sisi kanan, tapi itu hanya akan memicu alarm lokal. Abaikan saja, kita hanya perlu cepat."

Bram bergerak seperti hantu, melewati taman belakang yang terawat rapi. Ia mencapai pintu dapur yang ditandai sebagai titik masuk terlemah. Kunci yang diberikan di denah menunjukkan titik lemah pada sistem kunci pintar. Dengan alat khusus, Bram berhasil membukanya tanpa suara. Bau masakan yang samar tercium dari dalam.

Ia masuk, perlahan, memastikan tidak ada siapa pun di area dapur. Ruangan itu gelap gulita, hanya cahaya rembulan yang samar-samar menembus jendela. Aruna memberi instruksi, "Ruang kerja Jenderal ada di lantai dua, ujung koridor kanan. Ada brankas tersembunyi di balik lukisan besar."

Bram menaiki tangga dengan hati-hati, setiap pijakannya diatur agar tak menimbulkan derit. Suasana rumah terasa sunyi, menyesakkan. Di lantai dua, ia menemukan lukisan besar yang dimaksud. Dengan senter kecil, ia mencari mekanisme tersembunyi, dan brankas baja itu akhirnya terlihat.

Sementara Bram sibuk di dalam, Aruna merasakan firasat buruk. Sesuatu terasa terlalu mudah. Ia menyadari ada keanehan pada feed CCTV yang ia sadap. Salah satu kamera di koridor utama tiba-tiba mati dan menyala kembali dengan delay beberapa detik. Itu bukan bagian dari rencana mereka. Ini adalah jebakan.

"Bram, keluar sekarang!" teriak Aruna melalui earpiece, suaranya dipenuhi urgensi. "Ini jebakan! Kamera ada yang dimanipulasi!"

Namun terlambat.

Suara langkah kaki berat terdengar dari koridor. Lampu-lampu di lantai dua tiba-tiba menyala terang, membutakan Bram. Jenderal Haryo berdiri di ambang pintu ruang kerja, mengenakan piama sutra, dengan pistol genggam di tangannya. Di belakangnya, berdiri Radit, putranya, dengan seringai puas di wajahnya.

"Aku tahu kau akan datang, Nona Aruna," suara Jenderal Haryo menggelegar, namun matanya tertuju pada Bram. "Atau lebih tepatnya, kau, anak muda."

Klimaks: Pertempuran di Sarang Gagak

"Sial!" umpat Bram, ia tahu mereka tertangkap basah. Dengan sigap, ia berbalik, berusaha menendang pistol di tangan Jenderal Haryo. Namun, sang Jenderal cekatan, ia menghindar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun