Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (2): Cerita Dusta

1 Juni 2024   15:18 Diperbarui: 9 Juni 2024   05:23 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Cerita Dusta

Oleh: Tri Handoyo

"Satu.., dua.., tiga..!" Hitung mundur Japa. Ia menutup mata sambil berdiri menghadap sebuah pohon. "Empat.., lima..!"

Saat itu ia dan kakak-kakaknya main petak umpet di hutan. Kebetulan ia yang jadi penunggu 'pos', yaitu sebuah pohon terbesar di tempat itu. Semua kakaknya sedang berlarian berpencar mencari persembunyian.

Setelah berhitung sampai tiga puluh, ia membuka mata dan tugasnya adalah mencari mereka. Apabila ia berhasil menemukan persembunyian seseorang, ia akan teriak menyebut namanya dan kemudian harus beradu lari cepat untuk lebih dulu menepuk pohon yang sebagai 'pos'.

Suasana begitu hening. Rupanya kakak-kakaknya memang telah menyusun rencana jahat untuk meninggalkannya sendirian di hutan.

Raden Prawira begitu geram. "Katakan bagaimana ciri-ciri penculik keparat itu?" pintanya sambil menatap anaknya satu per satu.

Raden Suroso, yang berumur lebih tua setahun di atas Japa, tampak paling gemetaran. Ia mati-matian menahan agar tidak kencing di celana.

"Suroso, sebutkan ciri-ciri penculik itu!" bentak Raden Prawiro.

Raden Suroso sambil terisak langsung kencing di celana. "Saya tidak tahu, Romo!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun