Penculiknya adalah seorang pembantu yang disusupkan oleh Ki Lindu Ketunggeng, musuh besar Raden Bentar
"Pisau dapur gundulmu!" bentak Ki Paimo garang, "Ini pisau Pancanaka yang sangat terkenal, yang sudah mengantar banyak nyawa pendekar ke kuburan!"
Arum Naga benar-benar kagum. Jelas sekali bahwa Roro Ajeng memiliki ilmu meringankan tubuh dan tenaga dalam yang cukup tinggi.
Arum memasang kuda-kuda dan siap menanti serangan musuh dengan pedang menyilang di depan dada.
Memang benar, Kebokicak akhirnya lebih mengutamakan menolong penduduk yang terluka dan membiarkan Surantanu lolos untuk sementara
Kedua pendekar hebat itu bertempur bagaikan singa, akan tetapi mereka tidak kelihatan lelah, bahkan masih bisa sambil melontarkan percakapan.
“Tulus, menurutmu apa yang menjadi penyebab utama segala kekacauan di dunia ini?”
“Itu malam terakhir aku bertemu dengan mereka!” pungkas Cak Japa mengakhiri cerita dukanya.
‘Kanda, pulanglah!’ batin Arum sambil memejamkan mata.
Apa gunanya belajar membaca dan menulis di dusun ini? Lebih baik belajar silat atau belajar mencangkul tanah!
Agaknya pertempuran itu akan menjadi sebuah pertarungan hidup mati yang berlangsung lama
Tulus memilih tempat 'Kawah Candradimuka' di Bukit Lintah, selain jauh dari pemukiman penduduk, tempat itu juga terkenal angker
“Sebelumnya aku pernah mewariskan kitab ini kepada Japa!” kata kakek sakti itu dengan serius,
Ki Demang dan Topo kehabisan akal dan tidak bisa bicara lagi. Jika dengan cara baik-baik tidak berhasil, maka mereka akan menggunakan cara kekerasan.
“Siapakah di sini orang yang paling sakti menurut Kanda?”“Dinda, dulu di dalam dunia persilatan terdapat sembilan orang yang paling sakti.
Sementara itu, sisa-sisa pasukan Majapahit yang melarikan diri menjelma menjadi pasukan-pasukan liar, yang selalu menciptakan gangguan keamanan terhad
Topo tiba-tiba kembali bangkit dan langsung menyerang gurunya dari belakang.
Pemandangan pepohonan tua yang akarnya begitu besar dan kuat, pohonnya menjulang tinggi, sehingga ranting dan dedaunannya menghalagi cahaya
Di balik kekeramatan sendang itu, warga meyakini bahwa air dari sumber petirtaan itu memiliki khasiat sebagai obat penyembuhan segala penyakit.
Untungnya, dendam dari kebanyakan murid Padepokan Benteng Naga cukup terobati.