Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tekad Mahir Curangi Takdir Getir

13 Mei 2024   08:36 Diperbarui: 14 Juni 2024   19:46 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Setelah beberapa minggu berlalu, perban dibuka. Setiap hari kedua orang tuanya bergiliran melaburi kakinya dengan ramuan. Meskipun tampaknya hampir tak ada perubahan, tapi beberapa bulan kemudian tampak secara perlahan daging tumbuh membungkus tulang.

Setiap kali mendengar suara anak-anak yang bermain di luar, semakin menguatkan hasrat Glenn untuk sembuh dan bisa ikut bermain bersama mereka.

Suatu hari yang cerah, ibunya mendorong kursi roda Glenn keluar menuju halaman. Dengan begitu Glenn dapat menghirup udara segar dan mengurangi kejenuhan.

Bukannya duduk diam terpaku di kursinya, ia malah melemparkan diri ke hamparan rumput, lalu menyeret kedua kakinya di belakang tubuhnya, menuju tiang pancang berwarna putih yang membatasi bidang tanah keluarga.

Kemudian, sedikit demi sedikit, ia mulai menyeret dirinya sendiri di sepanjang pagar itu. Ia melakukan hal itu hampir setiap hari. Tak ada hal yang diinginkannya selain menghidupkan kedua kakinya.

Kedua kaki yang lumpuh itu suatu hari bisa digerak-gerakan. Jaringan sayaraf-syaraf baru telah terbentuk. Dia mulai bisa merasakan sentuhan tangan orang tuanya saat melaburi ramuan.


"Saya bisa merasakan!" seru Glenn girang. Lalu suatu ketika ia meminta dibantu untuk berdiri di lantai, lalu mencoba berjalan. Ajaib, kendati dengan langkah tertati-tati, tapi ia mampu pergi meninggalkan ranjang.

Kedua orang tuanya nyaris sulit untuk percaya. Mereka semua tersenyum sambil berlinangan air mata bahagia.

Dengan setiap jejak langkah yang menyakitkan itu, semakin kuat pula tekat untuk mewujudkan janjinya, bahwa dia nanti pasti bisa berjalan. Dalam waktu singkat dia sudah mulai bisa berlari-lari kecil dengan gerakan yang semakin sempurna.

Kakinya tetap dilumuri minyak dan diurut setiap hari, hingga kemudian kedua kaki yang tadinya kata dokter 'mati dan lumpuh' itu kini bisa berlari. Ia masih merasa kakinya lemah, tapi tekad kuat dalam benaknya menguatkan kedua kaki itu untuk terus berlatih, hingga akhirnya ia mampu berlari dengan cepat.

"Larilah, nak!" seru hampir setiap orang yang berpapasan dengannya di jalan. Itu karena mereka selalu melihat Glenn berlari. Mereka semua ikut merasa takjub dan senang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun