Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tekad Mahir Curangi Takdir Getir

13 Mei 2024   08:36 Diperbarui: 13 Mei 2024   19:13 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Oleh: Tri Handoyo

Kabut tipis menghiasi pagi. Udara terasa begitu sejuk.
Glenn dan Floyd, seperti biasanya adu cepat lari untuk melewati pagar sekolah. Entah mengapa, hari itu Floyd ingin memberi kesempatan kepada adiknya untuk mencapai garis finis lebih dulu.

Sayangnya, Glenn gagal melewati pagar. Bocah yang baru berumur tujuh tahun itu terjatuh, dan tampak wajahnya meringis menahan tangis.

Floyd segera menolongnya. "Wah kamu hebat Glenn!" hibur sang kakak untuk mencegah agar tangis tidak pecah.

Rasa sakit tiba-tiba reda. Bibir yang tadinya meringis kini kedua ujungnya sedikit naik ke atas, tanda bahwa ia merasa bangga dan puas.

"Hari ini kamu lari secepat angin!" imbuh Floyd, "Ayo cepat bangun!" Sang kakak menarik tangan adiknya untuk membantu bangkit.

"Terima kasih!" sahut Glenn terhibur.

Floyd kemudian berlari menuju gedung sekolah. Glenn masih berdiri membersihkan tanah yang mengotori celana dan bajunya, sebelum akhirnya menyusul Floyd dari belakang.

Gedung sekolah itu dipanasi oleh perapian batu bara kuno yang berbentuk belanga. Secara bergiliran ada murid yang bertugas untuk hadir pagi-pagi sekali, menyalakan perapian untuk menghangatkan ruangan sebelum pelajaran dimulai.

Hari itu, kedua bocah lincah itu mendapat giliran tugas menyalakan tungku penghangat ruangan. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba terdengar ledakan dan timbul kebakaran hebat.

Saat itu Glenn masih berada di pintu sehingga ia selamat, tapi ketika menyadari apa yang terjadi dengan kakaknya  di dalam, ia berlari masuk hendak menolongnya. Tentu itu mustahil untuk dilakukan. Api sudah menjalar ke mana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun