Essi 403 -- Kembali Bersama Di KalibataÂ
Tri Budhi Sastrio - Kasidi
Walau 517 hari berkuasa di telatah nusantara
Banyak yang telah dipurna oleh si mata bola
Tetap saja teriakan huuuuuu nyaring bergema
Dari wakil rakyat yang kala itu sangat berkuasa.
Tatkala presiden melangkah masuk ruang bara,
Lalu cemooh meraja, tanda tak bagus tentunya.
Dan memang ya, dan beberapa hari sesudahnya
Anggota wakil warganegara pun sepakat sekata
Laporan pertanggung-jawaban bak sampah nista
Semua ditolak semua dikata tak berguna sia-sia.
Sebelumnya, ia yang cerdas banyak patennya
Dihujat di sini di sana, sebagai teknokrat biasa
Yang bisanya hanya nunut ikutan penguasa,
Ikut berkuasa, semua proyek kuras uang negara,
Lalu ujungnya pesawat tak laku dijual segera.
Baru laku setelah ditukar ketan negara tetangga.
Tentu cemooh ini tak hanya naif nada aromanya
Tapi juga benar tak benar adanya, fitnah dusta.
Juga gema teriakan pahlawan Operasi Seroja
Melanglang melewati atap serta ruang istana.
Lalu buat apa pengorbanan kami jika akhirnya
Tanah yang dibela jiwa raga, lepas merdeka?
Buat apa lengan kaki perut pundak dan kepala
Rontok lepas kala perjuangan atas nama bangsa
Pertahankan warisan pusaka bagian nusantara
Jadi sia-sia tak guna kala si pria bermata bola
Setujui referendum begitu saja, kalah tentu saja.
Bah, marah pahlawan Seroja tentu ada benarnya
Walau si pria bermota bola juga tak salah semua.
Daripada perang terusan, mengapa tidak tanya
Saja pada rakyat tanah itu mereka maunya apa?
Ini rahasia ya tak usah disebar ke mana-mana.
Jika ditanya entah referendum atau jajak rasa,
Pada kawasan nusantara, semua bias merdeka.
Contoh sudah ada jika ditanya bisa lepas semua
Tanah-tanah yang dulu disatukan via darah jiwa.
Tapi apa mau dikata, kau dihujat di sini dan sana
Semata karena dia ingin demokrasi tegak mulia.
Duh pria bermata bola berotak cerdas luarbiasa
Tentu ada banyak bisik-bisik sumbang berdansa,
Tapi seperti adat nusa bukankah sudah biasa,
Lupakan semua salah dosa, ayo dikenang saja
Semua yang baik jasa pasti lebih ceria gembira.
Ayo ke soal cinta yang engkau amatlah setia
Pada istri jelita dan ini benar-benar luar biasa,
Contoh teladan bagi mereka yang senangnya
Jika bukannya selingkuh, sibuk cari istri muda.
Engkau jelas pantang pada itu semua karena
Cinta pada jelita yang kemudian jadi istri setia
Merupakan segala-galanya, ini teladan nyata.
Dan bukankah itu harusnya sikap setiap pria?
Tetap cinta dan setia pada satu pasangan saja?
Hidup bersama mati kembali bersama, ini fakta
Ini jelas pada gaya Kembali Bersama di Kalibata.
Konon kala negara putuskan harus istri tercinta Â
Dikebumikan di Kalibata karena ada tanda jasa,
Engkau minta agar kelak jika telah tiba masanya
Harus tinggalkan dunia, dikubur disampingnya.
Kala permintaan (mungkin) ditolak oleh penguasa
Engkau hanya memberi dua pilihan pada mereka.
Silahkan kuburkan istri tercinta di pusara Kalibata
Tapi saya pun harus disampingnya jika pralaya.
Kalau tidak, ini katanya, istri tercinta tak ke sana.
Lihat permintaan tak mengada-ada, itu tanda cinta.
Juga yang minta Kepala Negara dengan jasanya
Pada bangsa dan negara tak diragukan besarnya,
Persetujuan diberikan apresiasi cinta penuh setia.
Saat ini kembali bersama istri tercinta di Kalibata,
Doa dinaikkan tidak henti ke hadirat Sang Maha
Mohon agar pria luar biasa, putra tanah tercinta
Berkenan ditemukan kembali dengan istri tercinta.
Biar mereka berdua sama bak pasangan lainnya
Mendapat berkat dan karunia dari Sang Kuasa.
Di dunia para pasangan hanya pisah sementara,
Di alam sana atas perkenanNya bisa bersama.
Essi 403 -- tbs/kas-SDA15092019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI