Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Nasihat Seorang Pengemis

14 Maret 2021   15:55 Diperbarui: 14 Maret 2021   21:16 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://clipart-library.com/beggar-picture.html

"Yah, misalnya saja, bukankah baru kali ini kita bisa berduaan yang betul-betul berduaan dalam rumah ini!"

"Wah engkau ada-ada saja!" balas sang istri.  Sekarang mereka berdua berada di depan pintu masuk.  Tanpa banyak menemui kesukaran pintu masuk terbuka  dengan  mudah.  Semuanya benar-benar  masih  seperti tadi. Memangnya perubahan  macam  apa yang bisa diharapkan untuk waktu sesingkat itu? Pintu kamar tidur utama yang juga dikunci, dengan mudah dibuka. Ternyata memang benar. Sebotol obat dengan label apotik tergeletak sendirian di atas meja rias.

"Wah  engkau benar-benar pelupa yang hebat, bu!" kata  Hadi Wiyono  yang  terus menyertai istrinya.  "Botol  obat tergeletak begitu jelas bisa sama sekali tidak tersentuh!"

"Aku sendiri juga heran, pak!" balas istrinya tanpa rasa tersinggung di dalamnya. "Tetapi mungkin seperti katamu tadi, kita rupanya ditakdirkan untuk suatu ketika  benar-benar berada berduaan dalam rumah ini!"

Sekarang Hadi Wiyono yang terpaksa tersenyum. Pernyataannya sendiri  digunakan untuk  menangkis  semua  olok-oloknya.

"Mungkin   pak  Kirman  sudah  selesai   memutar   mobilnya sekarang.  Ayo, kalau tidak ada apa-apa lagi yang perlu diambil, kita berangkat!"

"Ayolah!  Kukira sekarang benar-benar tidak ada lagi  yang tertinggal!"

Beberapa saat kemudian, mereka di halaman  kembali. Dan memang benar, mobil keluarga  mereka  sudah menunggu  di  depan. Setelah sekali lagi mengunci pintu  pagar, kedua pasangan suami-istri siap naik ke atas mobil.

Hanya saja entah  sejak kapan, dan mungkin cuma  para  penumpang yang berada di dalam mobil yang tahu, di depan sebelah kirii mobil berdiri seorang pengemis. Baru saja Hadi Wiyono membuka pintu mobil agar istrinya naik lebih  dulu, pengemis tua itu mendahului berkata:

"Kasihani pengemis tua, nyonya! Minta sedekah, nyonya!"

Yang sedikit mengherankan, mengapa pengemis tua  itu menujukan permintaannya pada nyonya Hadi Wiyono, tetapi tidak  pada tuan Hadi  Wiyono yang posisinya justru lebih  dekat  kepadanya? Rupanya  jarak lebih dekat bukan menjadikan keharusan bagi seorang pengemis meminta sedekah. Pengemis pun memang mempunyai kebebasan.  Tidak semua oran harus diminta sedekahnya. Tuan Hadi Wiyono mengerutkan kening tanda tidak senang. Dia   bukannya   tidak senang  karena  si   pengemis   menujukan permintaannya pada sang istri dan bukan pada dirinya. Bukan  itu! Bagi  dia,  pengemis  adalah parasit  dan  semua  parasit harus dibasmi. Parasit cuma bisa hidup dengan  merugikan  yang  lain. Kalau  dirinya  saja tidak bisa dihidupi, bagaimana  mungkin bisa memberi manfaat pada yang lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun