Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Jangan Berdusta Lagi, Melati

26 Februari 2021   07:39 Diperbarui: 26 Februari 2021   07:48 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.voicesofyouth.org/

Kulihat Suyanto ingin membuka mulut tetapi pandanganku padanya membuat dia mengurungkan niatnya. Atau mungkin juga karena tiba-tiba teringat pada janji yang baru diucapkan untukku.

"Melati sekarang ini sedang terbaring di rumah sakit. Dari keluarganya aku tahu ..."

Aku berhenti sejenak, mencoba mengumpulkan tenaga, mendorong suara yang tercekat di kerongkongan.

"Dia menderita kanker darah, yang, yah, tidak akan tersembuhkan dan aku, dengan segenap jiwa dan hatiku, meminta pada Melati agar dia tetap hidup karena kalau tidak aku merasa tidak akan ada teman tambatan hati. Dia mengangguk. Dia memberikan janjinya sekali lagi padaku."

Aku berhenti sejenak. Pandanganku menerawang jauh, entah ke mana.

"Tetapi pantaskah aku menuntut janji semacam ini? Pantaskah aku mendesak dirinya untuk janji ini dan agar dia tidak berdusta lagi? Pantaskah aku memaksa dirinya melawan sesuatu yang tidak mungkin dilawan bahkan oleh orang yang paling kuat sekali pun? Pantaskah aku cuma mementingkan diriku sendiri, sedangkan dia bergelut dengan ketidak pastian? Ah, aku bingung, Yanto! Akal sehatku mengatakan tidak seharusnya aku menuntut dan memaksa Melati berjanji sekali lagi padaku, berjanji untuk tetap hidup demi aku, padahal aku tahu janji itu ... Yah tetapi hatiku benar-benar tidak ingin kehilangan dirinya. Hatiku ingin agar dia tetap hidup. Hatiku ingin agar dia suatu ketika bersanding di sampingku, tidak hanya sebagai seorang teman, tetapi juga sebagai seorang istri."

"Tetapi pantaskah ini semua? Pantaskah hal yang keterlaluan semacam ini kudesakkan pada Melati? Kau tahu, untuk janji yang ini dia benar-benar berniat menepatinya, apapun yang terjadi. Ah, kau bisa membayangkan bagaimana dia berjuang menghadapi penyakitnya semata-mata cuma ingin memenuhi janjinya padamu. Kalau dia gagal aku yakin jiwanya tentu penasaran karena janji ini."

"Tidak ...!"

Tiba-tiba tanpa kusadari, aku berteriak dengan keras. Suyanto sampai terlonjak dari duduknya karena terkejut. Sedangkan aku sama sekali tidak menyadari kalau aku baru berteriak begitu keras.

"Aku akan temui Melati sekarang!" kataku kemudian masih tetap asyik dengan pikiranku sendiri, "akan kukatakan bahwa aku tidak akan memaksa dirinya berjanji padaku. Aku tidak ingin karena paksaanku Melati terpaksa ingkar janji untuk yang keempat kalinya. Ya ... ya ... aku akan pergi sekarang." Kemudian pada Suyanto aku bertanya. "Kau mau ikut dengan aku menemui Melati?"

Suyanto mengangguk tetapi sinar matanya yang penuh tanda tanya sedikit mengusik aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun