Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Blogger

Tips belajar, self development, bisnis, dan solopreneur banyak saya tulis di sini: pinterim.com | Ada hadiah kecil gratis untukmu di sana.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Merasa Takut Menulis? Dua Buku Ini Mungkin Jawabannya

5 Agustus 2025   06:59 Diperbarui: 5 Agustus 2025   12:38 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semua orang berproses dalam menulis mulai sejak dini | Sumber: dokumentasi Pribadi

Tiga kerangka ini---perasaan, kesimpulan, dan argumen pribadi---sudah cukup untuk menjadi sebuah tulisan bernas yang memiliki manfaat: melatih menulis, mengikat makna, dan berlatih berargumentasi kritis.

Di sinilah kemudian saya menemukan benang merahnya dengan buku Writing to Learn karya William Zinsser. Zinsser menyatakan bahwa menulis bisa menjadi bagian krusial dari aktivitas belajar. Kita bisa menguji pemahaman atas sebuah konsep baru dengan cara menuliskannya. Bagi saya, ini ide yang sederhana dan sangat menarik, seolah menggabungkan dua hobi saya: belajar dan menulis.

Uji Pemahaman dengan "Writing to Learn"

Dalam metode Zinsser, kita akan diuji: apakah penjelasan kita bertele-tele, sederhana, atau justru kita kesulitan menjelaskannya? Jika kita mampu menjelaskan secara sederhana tanpa menghilangkan esensi konsepnya, kita layak dikatakan paham. Namun, jika tulisan kita masih 'mbulet' (berbelit-belit), artinya kita perlu menelaah dan belajar lagi. Mungkin ada bagian yang belum kita pahami sehingga kerangka pengetahuan di kepala kita belum utuh.

Metode Zinsser ini bisa melengkapi fase kedua dari kerangka Free Writing Pak Hernowo. Metode yang menarik bagi setiap pembelajar. Kedua penulis sepakat bahwa tulisan pertama tidak harus bagus. Namun, ini menjadi jembatan untuk menjernihkan kembali pemahaman kita saat melakukan penyuntingan atau revisi. Kita akan menemukan bagian mana yang lemah yang akan memicu kita untuk menyelam kembali ke bahan yang baru kita pelajari, atau memperkuat argumen yang telah kita miliki.

Menurut saya, dua buku ini adalah kombinasi yang pas bagi siapa pun yang ingin mengasah kemampuan menulis, sekaligus senang mempelajari hal-hal baru. Dengan begini, kita tidak merasa 'berdosa' karena hanya menjadi konsumen pasif yang menumpuk informasi (information hoarder), tetapi kita punya cara untuk 'melepaskan' tumpukan informasi tersebut dengan menuliskannya.

Sekali lagi, dua buku itu adalah:

  1. Free Writing karya Hernowo (ulasannya pernah saya tulis di Kompasiana)

  2. Writing to Learn karya William Zinsser (rangkuman intinya bisa ditemukan di Pinterim.com)

Masa Depan: Membangun Laboratorium Menulis dengan AI

Saya masih terus membayangkan, bagaimana jika kekuatan dua buku ini diramu menjadi sebuah formula dengan memanfaatkan kecanggihan AI? Pasti akan sangat menarik. Sekilas sudah saya coba, dan hasilnya memang melampaui imajinasi. Saya seolah memiliki laboratorium menulis pribadi dengan memanfaatkan AI---alih-alih membiarkan AI menggantikan keahlian menulis kita sepenuhnya.

Kini giliran Anda. Dari dua metode yang telah dijabarkan, mana yang paling relevan dengan kebuntuan yang sedang Anda hadapi? Apakah kebebasan menulis ala Hernowo, atau ujian pemahaman ala Zinsser? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun