Jauh sebelum buaya-buaya muara bermigrasi ke arah hulu sungai, Kali Luk Ulo telah dirusak habitatnya oleh perusahaan konstruksi raksasa yang mengambil paksa lahan dan cara pengambilan pasir dengan alat-alat berat dan dibiarkan begitu saja oleh aparat serta pemerintah setempat.Â
Dasar kali yang biasanya penuh pasir, kerikil dan bebatuan akik khas, serta habitat utama beragam jenis ikan. Â Kini berubah jadi lumpur padat yang sangat licin dan memperbesar peluang terjadinya abrasi. Boso, gabel dan udang galah berkaki jenjang, menghilang. Tiada lagi pulau pasir sebagai taman bermain di musim kemarau. Dan mengenali sifat-sifat alam di lingkungan hidup terdekatnya. Kaliku kini keruh dengan beragam kepongahan dan ketamakan.
Alam tak pernah salah bertingkah. Ia hanya perlu penyesuaian diri agar terus berimbang. Manusia pongah memperkosa keseimbangan alam dengan alasan yang dibuat-buat seolah ilmiah. Orang-orang tamak membongkar paksa bebatuan untuk menghias rumah dengan kesombongannya.Â
Kaliku kini keruh dalam duka teramat dalam melihat orang-orang pongah dan tamak itu dibiarkan berpesta pora dengan kepala mendongak dan tawa terbahak-bahak menyaksikan ketidak-berdayaan. Kaki tangan yang terbelenggu ketakutan akan kesaksian.Â