Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Mampukah Kontingen SEA Games 2019 Mengembalikan Kejayaan Indonesia di Era 1980 dan 1990-an? (Bag 2)

28 November 2019   03:53 Diperbarui: 28 November 2019   07:46 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kontingen SEA Games 2019 di depan Istana Bogor dilepas oleh Presiden Jokowi. Dokumen: tirto.id / antara

Banyak atlet daerah yang masuk pelatnas masih berusia muda. Mereka sebagian besar telah berprestasi secara nasional di berbagai ajang kejuaraan semisal Popnas (Pekan Olahraga Pelajar Nasional) maupun Pomnas (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional). Baik yang dibina oleh klub maupun pusat-pusat pelatihan olahraga yang tersebar di hampir semua provinsi.

Ada yang dibina di PPLP/ PPOP, pemusatan latihan daerah (pelatda) di ibukota provinsi serta klub-klub atletik seperti Dragon Salatiga dan sebagainya. 

Keputusan mengedepankan kesempatan bagi atlet junior (60%) akan membawa dampak psikologis yang memotivasi pengurus cabang-cabang olehraga prestasi, pelatih dan para pembina di berbagai tingkatan yang dikordinasikan oleh KONI untuk kian bersemangat dalam mengoptimalkan sumber-sumber daya keolahrgaan yang masih tergolong langka terutama di daerah. Khususnya daerah yang dikategorikan "miskin" seperti Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Ada sejumlah atlet potensial berprestasi yang masuk dalam pelatnas dari cabor atletik, hockey dan lainnya. Kebijakan pemerintah pusat ini setidaknya memberi sinyal bagi pemerintah daerah untuk melakukan hal yang sama. Sekaligus menjawab pertanyaan bahwa pembinaan atlet berprestasi adalah langkah strategis dengan pendekatan manajemen dan teknologi keolahragaan yang maju. 

Tentang target menjadi runner up, Presiden Jokowi nampaknya ingin memberi pesan kepada seluruh pemangku kepentingan olahraga prestasi nasional dan daerah (utamanya) untuk senantiasa bersikap optimis dan berpikir positif. 

Bahwa, selain faktor-faktor teknikal seperti ketersediaan fasillitas keolahragaan yang memadai untuk menyongsong perjalanan ke puncak prestasi tertinggi dan sistem keolahragaan nasional yang dikelola dengan pendekatan terdepan.

Hal terpenting dari semua kriteria obyektif (biasa disebut begitu), faktor budaya harus dijadikan landasan utama dalam penyelenggaraan sistem keolahragaan nasional. 

Sebagaimana kita tahu, semangat gotong royong yang merupakan ciri khas manusia Indonesia akhir-akhir ini kian meredup dengan maraknya perilaku saling curiga, berprasangka buruk, pesimistik dan sebagainya. 

Sesuai sifat dasarnya, olahraga adalah membangun jiwa dan raga yang sehat. Mens sana incorpore sano. Demikian juga tujuan Bangsa Indonesia yang sejatinya ingin membangun jiwa dan raga manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.

Berolahraga artinya membangun diri sehat jiwa (senantiasa berpikir positif, strategis dan lainnya) serta raga yang tak hanya kuat fisik dan tahan atas beragam ancaman penyakit. Semoga demikian isi tangkapan layar penulis atas pesan Presiden Jokowi kepada anggota Kontingen Indonesia untuk SEA Games 2019 ini. He..he..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun