Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ilogondhang Banyumasan (1): Membuat Jejak Makna

15 September 2025   21:00 Diperbarui: 15 September 2025   21:54 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilogondhang Banyumasan (1): Membuka Jejak Makna

Oleh: Toto Endargo

Tembang Banyumasan tidak hanya hidup di panggung calung, lengger, maupun ebeg, tetapi juga meresap dalam kehidupan sehari-hari wong Banyumas. Setiap gendhing membawa jejak rasa, petuah, sekaligus sindiran yang khas: blaka, lempeng, namun tetap kaya makna. Salah satunya adalah Ilogondhang Banyumasan, sebuah gendhing rakyat yang hingga kini masih sering dibawakan dalam berbagai pertunjukan.

Bukan Hiburan Semata

Sekilas, Ilogondhang terdengar seperti hiburan semata, penuh cengkok Banyumasan yang jenaka dan segar. Namun bila diperhatikan lebih jauh, lirik-liriknya menyimpan simbol, permainan kata, bahkan kritik sosial yang halus. Kata "ilo" yang dapat berarti cahaya dan "gondhang" yang merujuk pada pohon besar atau tabuhan gamelan, memberi isyarat bahwa lagu ini bukan sekadar tembang pengisi waktu, melainkan pancaran makna yang bisa ditafsirkan dari berbagai sisi.

Penuh Wangsalan

Agak sulit memang menterjemahkan lirik tembang seperti Ilogondhang, atau lagu apapun yang dibuat oleh para pujangga di masa lalu. Banyak lirik tembang Jawa disusun menggunakan wangsalan, yakni bentuk ungkapan puitis yang menyembunyikan makna di balik permainan kata. Sayangnya, generasi penerus tidak lagi akrab dengan wangsalan. Akibatnya, terjadi pergeseran ucapan yang membuat makna sejati kian kabur.

Ironi ini semakin terasa karena penggubah awal jelas sangat piawai dalam menyusun wangsalan. Namun setelah diwariskan dari mulut ke mulut, tanpa pemahaman yang mendalam, wangsalan itu kehilangan pijakan makna. Pergeseran bunyi kecil saja bisa membuat tafsir bergeser jauh. Maka, membaca Ilogondhang hari ini tidak hanya soal menyimak lirik, melainkan juga usaha mengembalikan ingatan pada cara ungkap lama.

Bahan Bahasan Banyumasan

Meski begitu, upaya membahasnya tetap penting. Setidaknya, dengan mengurai satu demi satu baitnya, kita bisa membuka ruang untuk diskusi yang lebih serius: tentang bagaimana wong Banyumasan menata kata, menyelipkan sindiran, dan menyampaikan falsafah hidup dalam tembang. Artikel ini menjadi pintu pertama dalam serial pembahasan Ilogondhang Banyumasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun