Ilogondhang Banyumasan (1): Membuka Jejak Makna
Oleh: Toto Endargo
Tembang Banyumasan tidak hanya hidup di panggung calung, lengger, maupun ebeg, tetapi juga meresap dalam kehidupan sehari-hari wong Banyumas. Setiap gendhing membawa jejak rasa, petuah, sekaligus sindiran yang khas: blaka, lempeng, namun tetap kaya makna. Salah satunya adalah Ilogondhang Banyumasan, sebuah gendhing rakyat yang hingga kini masih sering dibawakan dalam berbagai pertunjukan.
Bukan Hiburan Semata
Sekilas, Ilogondhang terdengar seperti hiburan semata, penuh cengkok Banyumasan yang jenaka dan segar. Namun bila diperhatikan lebih jauh, lirik-liriknya menyimpan simbol, permainan kata, bahkan kritik sosial yang halus. Kata "ilo" yang dapat berarti cahaya dan "gondhang" yang merujuk pada pohon besar atau tabuhan gamelan, memberi isyarat bahwa lagu ini bukan sekadar tembang pengisi waktu, melainkan pancaran makna yang bisa ditafsirkan dari berbagai sisi.
Penuh Wangsalan
Agak sulit memang menterjemahkan lirik tembang seperti Ilogondhang, atau lagu apapun yang dibuat oleh para pujangga di masa lalu. Banyak lirik tembang Jawa disusun menggunakan wangsalan, yakni bentuk ungkapan puitis yang menyembunyikan makna di balik permainan kata. Sayangnya, generasi penerus tidak lagi akrab dengan wangsalan. Akibatnya, terjadi pergeseran ucapan yang membuat makna sejati kian kabur.
Ironi ini semakin terasa karena penggubah awal jelas sangat piawai dalam menyusun wangsalan. Namun setelah diwariskan dari mulut ke mulut, tanpa pemahaman yang mendalam, wangsalan itu kehilangan pijakan makna. Pergeseran bunyi kecil saja bisa membuat tafsir bergeser jauh. Maka, membaca Ilogondhang hari ini tidak hanya soal menyimak lirik, melainkan juga usaha mengembalikan ingatan pada cara ungkap lama.
Bahan Bahasan Banyumasan
Meski begitu, upaya membahasnya tetap penting. Setidaknya, dengan mengurai satu demi satu baitnya, kita bisa membuka ruang untuk diskusi yang lebih serius: tentang bagaimana wong Banyumasan menata kata, menyelipkan sindiran, dan menyampaikan falsafah hidup dalam tembang. Artikel ini menjadi pintu pertama dalam serial pembahasan Ilogondhang Banyumasan.
Pada bagian berikutnya, kita akan menyajikan teks lirik lengkapnya, beserta terjemahan bebas, sebelum masuk pada analisis budaya, sastra, falsafah, hingga politik yang terkandung di dalamnya.
Bersambung ke: Ilogondhang Banyumasan (2): Lirik dan Terjemahan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI