Cerpen Remaja: Mengungkap Jejak Spiderman
Bu Nana menatap tembok di dekat gudang sekolah. Ia heran! Ada bekas telapak sepatu menempel di dinding, seperti tapak sepatu orang yang berjalan di tembok itu. Tapak sepatu itu berawal dari tembok dan berakhir di langit-langit.
"Siapa yang berjalan merayap di dinding sekolah, bahkan sampai ke langit-langit? Mungkinkah Spiderman mampir ke sekolah kami?"Â pertanyaan yang muncul seketika di benak Bu Nana.
Spiderman tentu mengawalinya dengan berjalan di tembok, badannya telentang menghadap ke atas. Kemudian ia berjalan nungging dengan kaki di atas sehingga telapak kakinya menempel di langit-langit dan kepalanya berada di bawah. Jika dilihat dari bekas tapak sepatunya, mungkin begitulah Spiderman ini berjalan.
Ibu Nana yang lembut, guru Matematika dengan kacamata positif 1,5-nya mengerutkan dahi. Ia kebetulan pengampu seksi 7K, Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, Kesehatan, Kerindangan dan Kekeluargaan. Jelas ini menyangkut tugasnya untuk mengembalikan lagi agar suasana sekolah kembali kondusif. Bersih, indah dan nyaman.
"Hem, bagaimana peristiwa aneh ini terjadi?" gumam Bu Nana dalam hati. Ia tadi diberitahu oleh Pak Narsum bahwa dinding gudang kotor, penuh telapak sepatu. Bu Nana pun memeriksanya dan sungguh keheranan.
"Aneh!" katanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Spiderman ini harus ditangkap!" pendapatnya dalam hati.
"Tapi, siapa yang sanggup menangkap Spiderman yang kurang pekerjaan ini?" gumam Bu Nana sambil berjalan perlahan mondar-mandir di sekitar TKP, tempat kejadian perkara. Hak sepatunya memukul-mukul lantai lorong dan menimbulkan bunyi yang khas. Cethok, cethok, cethok...!
Dan Senin siang itu seperti hari-hari biasanya, selalu saja ada beberapa anak yang melaksanakan belajar kelompok. Memanfaatkan waktu seusai pelajaran berakhir. Mengerjakan PR atau menyelesaikan tugas dari gurunya. Makan siang mereka cukup sebungkus batagor dan segelas minuman air mineral atau minum seplastik es campur.
He, he, mungkin karena terlalu banyak cairan yang masuk ke tubuhnya, maka salah satu anak yang sedang belajar kelompok itu ingin ke kamar kecil. Kamar kecil berada di dekat gudang TKP. Ketika ia sampai di dekat lorong gudang. Ia tertegun. Ia berhenti. Ia melihat Bu Nana seperti sedang berpikir keras. Ia menatap Bu Nana. Bu Nana kembali menatap dinding gudang.