Lirik lagu "Selalu Cinta" sepintas tersirat datar dan sopan, namun jika dicermati ada kedalaman yang tak terduga, inilah alasan mengapa lagu ini yang terpilih untuk mewakili lagu jaman kini, tahun 2010 an.
Jadi penilaian hal perilaku dari segi agama adalah "nihil", karena mengabaikan perhitungan tentang dosa dan noda yang dapat menimpa keduanya.
Lalu tersirat dan tersurat pula perilaku sang pria. Secara etika si pria adalah seorang yang: Kepo dan penuntut = Kau tanya, aku menjawab, kamu minta, aku berikan; Pendendam = Ku bicara, kamu yang diam; Penghindar dan pengecut = ku mendekat, kamu menghindar; Sombong, buta mata-hati = Bagaimana bisa, aku tak ada di setiapmu melihat, sementara ku ada; Ingkar dan pendosa = Bagaimana bisa, kamu lupakan yang tak mungkin dilupakan; Raja tega = Aku selalu cinta, tapi kamu tidak. Tapi kamu tidak! Tapi kamu tidak!
Hal Kebahagiaan
Kedua lagu ini bicara tentang cinta. Cinta akan menimbulkan kebahagiaan. Cinta juga membutuhkan kedekatan secara emosi dan kedekatan ragawi. Namun dalam angan dan kenyataan cinta keduanya berjalan bertolak belakang.
Lagu I,
Sang pria sangat legawa, nglenggana. Sangat sadar cintanya tidak akan kesampaian, dan dia tetap tabah, menerima takdirnya. Namun demikian, walau jatuh cinta hanya dalam khayalan, dia sudah merasa bahagia bertahun-tahun. Bahagia selama seribu satu malam, bahagia selama 2,7 tahun. Perasaan ini barangkali mewakili sebagian tipe pria kuno di tahun 1950-an. Mudah legawa, trima ing pandum! Sedangkan kalimat yang menunjukkan sifat legawa sang pria adalah:
- Aryati, dikau mawar di taman khayalku, Tak mungkin puan terpetik daku, Walaupun demikian nasibku, Namun aku bahagia seribu satu malam
Hal yang menarik adalah kata "puan". Puan di lagu ini jelas sebagai pengganti kata Aryati. Kata yang kini jarang digunakan. Pengibaratan yang begitu menyentuh; Aryati adalah mawar asuhan rembulan, mawar di taman khayalan.
Lagu II,
Sang wanita, seperti tidak bahagia sesaat pun. Dalam seluruh kalimat dalam lagu ini tersebar penderitaan batin yang parah. Ada rasa putus asa, hilang harapan, hilang minat untuk membicarakan cintanya, membicarakan masalahnya; ("Jangan tanya lagi, tanya mengapa!").
Si wanita sadar bahwa masalahnya sudah buntu, notog, bebel, dan tak mungkin dapat menjadi baik. Kebahagiaan telah jauh panggang dari api, tak mungkin bahagia ("Kamu hilang, aku menghilang, semua hilang yang tak kukira").