Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengetuk Suara Hati dan Nurani

9 Agustus 2021   10:29 Diperbarui: 9 Agustus 2021   11:11 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lewat artikel ini saya coba mengingatkan kembali bahwa sebuah akibat, itu datang dari permasalahan atau konflik yang tidak ditangani, tidak diselesaikan dengan serius dan tuntas. Konflik lahir dari sebab atau masalah yang dibiarkan.

Analoginya, andai corona Wuhan di cegah dengan segala upaya yang serius dan disiplin oleh pemerintah, maka tak akan terjadi konflik dan masalah. Bila pun ada corona yang terlanjur masuk Indonesia, tentu tak akan merajalela, karena sebelum corona Wuhan masuk, rakyat Indonesia sehat saja.

Sudah salah tidak mencegah corona Wuhan diulang lagi membiarkan varian delta India masuk. Apa akibatnya? Rakyat terus terpapar varian delta, tapi rakyat pula yang jadi korban. Dibuat PSBB sampai PPKM berjilid, tapi rakyar hanya di kasih bansos dan uang tak seberapa? Itu pun tidak untuk semua rakyat.

Padahal seluruh lapisan rakyat terkena imbas dari corona, terkena imbas PSBB hingga PPKM berjilid. Rakyat dan berbarbagai pihak pun terus menjadi korban dari sikap tak kompeten pemerintah dalam hal corona

Perlu menjadi perhatian pemerintah, gelombang lonjakan kasus COVID-19 yang diikuti dengan meningkatnya kematian terjadi di seluruh negara di dunia, tetapi para pejabat di negara itu tak segan meminta maaf kepada rakyatnya. 

Namun di Indonesia, mana permintaan maaf dari pemimpin dan pemerintah, yang justru meloloskan corona masuk Indonesia?

Ironis, permintaan maaf malah datang dari para relawan. Padahal misalnya di Taiwan, Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen melalui akun Twitter pribadinya mengunggah video permintaan maaf.

"Setiap warga Taiwan yang pernah tertular virus Corona atau bahkan kehilangan nyawa mereka adalah bagian dari komunitas nasional kami. Sebagai Presiden, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan kedukaan dan permohonan maaf," kata Presiden Tsai.

Di Inggris saat gelombang lonjakan COVID-19 terjadi pada Desember 2020 hingga Januari 2021, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengungkapkan permintaan maaf kepada rakyat. Saat itu, angka kematian akibat COVID-19 di Inggris tembus angka 100.000.
"Saya meminta maaf yang sedalam-dalamnya dan bertanggung jawab penuh atas nyawa-nyawa yang hilang. Sulit untuk menghitung duka yang diakibatkan hilangnya nyawa dengan cara yang tragis dalam setahun terakhir," ucap Johnson dalam konferensi pers di Downing Street pada 26 Januari 2021 yang dilansir Telegrap.

Berikutnya, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga pada 26 Januari 2021 juga meminta maaf atas kegagalan pemerintah memberikan pelayanan kesehatan ketika gelombang penularan COVID-19 terjadi di negaranya.

Permintaan maaf itu disampaikan di depan parlemen setelah salah seorang legislator mengeluhkan banyaknya pasien tidak mendapatkan perawatan, dan tidak sedikit yang meninggal karena rumah sakit penuh. Sebagai orang yang bertanggung jawab saya meminta maaf," kata Suga seperti dilansir dari Nippon Tv News. Situasi di Jepang saat Suga menyampaikan permohonan maaf itu itu hampir mirip dengan situasi di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun