"Bagaimana aku meninggalkannya? Benihnya sudah tertanam di rahimku. Lagipula dia lelaki berangasan. Aku takut kamu diapa-apakannya"
Saat itu kekasihku hanya diam. Kepalanya tertunduk dalam. Pelan kekasihku melangkahkan kaki. Sebelum pergi jauh kekasihku membalikkan badan, menatapi diriku sedemikian rupa.
"Hiduplah bersamanya sampai kamu melahirkan. Setelah itu aku akan  menjemput kamu. Di sini, di tempat pertama-kali aku menyatakan cinta pada kamu"
Tiupan angin pagi membuai diriku. Aku terlena dalam mimpi. Mimpi sepasang tangan yang terjulur ke arahku. Tangan kekasihku.
Silau matahari menyadarkan diriku. Kukucek-kucek mataku pelan. Kurasakan punggungku basah. Aku terkesima saat aku ingin beranjak. Pohon tempat kutumpangkan punggungku ternyata pohon tempat aku dan kekasihku memadu kasih waktu dulu. Masih jelas terlihat sayatan pisau kekasihku tertera di kulit pohon
Terpahat namaku dan nama kekasihku. Masih terlihat jelas pahatannya.
Kembali kukucek-kucek mataku. Kutatapi sekitar. Rupanya matahari mulai tinggi. Perlahan aku berdiri lalu beranjak dari tempat itu. Melangkah meniggalkan gemerlap impianku barusan.
Malang, 11 Oktober 2016.