Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semua Orang Butuh Orang

18 Januari 2019   19:15 Diperbarui: 18 Januari 2019   19:45 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu hal yang saya rasa terlambat untuk mempelajarinya adalah, bagaimana saya seharusnya bergaul dan memperlakukan orang lain.Sejak SMA saya memang anak rumahan, hobi saya dulu membaca dan bermain game. Oleh karena itu saya tergolong kurang luwes bergaul dengan orang lain. Memang saya tidak jahat sama orang, tapi rasanya saya kurang punya solidaritas dalam pergaulan.

( Baca juga:Datang Bekerja, Bukan Sekadar Menggugurkan Kewajiban )

Hal ini baru saya sadari belakangan ini. Memang mungkin pengaruh lingkungan juga sih.Saya menyadarinya melalui pergaulan dengan "diplomasi rokok dan kopi." Maksudnya, sehari-hari sebelum atau sesudah bekerja saya dan kawan suka ngobrol-ngobrol sembari merokok dan menyesap segelas kopi.Ya, benar-benar segelas.

( Baca juga: Jangan Takut Dipecat Kalau Kamu Aset Perusahaan )

Jadi kopinya pakai cup, beli dari depan kantor.Atau kalau lagi bokek seperti sekarang ini, kami beli kopi sachetannya saja, lalu seduh sendiri memakai air panas dari kantor.Kadang saya bawa dari rumah, atau saya beli dijalan.Sampai kantor kalau sudah terseduh, maka kopi yang sudah dibeli tersebut disimpan untuk nanti siang atau sore.

(Baca juga: "Case Closed", Buktinya Dia Bisa )

Demikian juga dalam hal rokok, siapa yang punya rokok ya letakkan saja, mau hisap tinggal ambil.Kalau rokok sudah habis, biasanya patungan. Ntar beli ke depan lalu hisap bareng-bareng. Budaya sepele ini sungguh menghancurkan sifat individualisme masing-masing orang.Demikian juga soal makan.

Siapa yang punya uang kadang membeli gorengan, tidak ada paksaan, tak ada juga beban pencitraan biar dikira punya uang.Kalau pengen gorengan tapi tak ada yang cukup punya uang, kembali patungan. Tak ada yang dengan sembunyi-sembunyi membeli keluar, lalu menikmatinya seorang diri.Semua dinikmati bersama saja.

(Baca juga: Yang Harus Dilepaskan untuk Bahagia )

Padahal ajaran untuk berbagi saya tahu diperintahkan oleh kitab suci.Saya sudah dengar sedari dulu, sehari-hari. Dan dalam pergaulanlah saya bisa mengerti, betapa indahnya perintah untuk saling memberi. Selain faktor lingkungan yang memang sudah jadi, rasa senasib dan sepenanggungan mungkin jadi pemacu untuk saling, dan tidak memikirkan diri sendiri.

Dalam pembicaraan sehari-hari, kami sepaham, bahwa semua orang pasti butuh orang. Dalam pekerjaan misalnya, bulan ini mungkin si A bagus pencapaiannya, tapi karena targetnya sudah aman, apa salahnya diberikan pada kawan yang pencapaiannya masih merah berdarah-darah.Pokoknya saling mem-backup saja.

John F. Kennedy pernah bilang, Jika ingin berjalan cepat berjalanlah sendirian, jika kamu ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama. Kalau kita ingin cepat sampai dipuncak karir, silahkan egois, buat teman menjadi lawan, jegal kiri sikut kanan.Untuk sesaat mungkin kita bisa berada digaris depan.Tapi, sebelum sampai ditujuan bisa jadi kita sudah ngos-ngosan.

Disaat kita jauh dari keberuntungan, dan kesusahan terus menekan, pada siapa kita akan meminta pertolongan. Bukankah saat diawan-awan kita menikmatinya sendirian.Bisa jadi hari ini kita di puncak kejayaan, siapa yang tahu besok kita terpeleset di selokan.Ingat, kita selalu butuh sesama, mungkin tidak sekarang, tapi nanti, dan itu pasti.

(Baca juga: Perusahaan, Kendaraan untuk Kita Mencapai Impian )

Beberapa hari yang lalu saya menulis tentang rumah saudara saya yang hancur karena angin puting beliung.Tak pernah terpikirkan bahwa bencana ini akan terjadi.Namun saat musibah itu datang, sesudahnya ada begitu banyak datang bantuan.Mulai dari makanan, minuman, uang, hingga tenaga orang yang tak dikenal, semua turut membenahi kerusakan.

Saya pernah mendengar sebuah cerita, kurang lebih begini. Seorang gadis kaya bertetangga dengan seorang anak kecil yang miskin.Suatu hari listrik padam, keadaan menjadi gelap gulita. Si gadis memiliki banyak lilin di rumahnya. Beberapa saat kemudian si anak kecil mengetuk rumah sang gadis.Si gadis yang melihat anak kecil miskin itu langsung berpikir bahwa anak kecil itu akan menyusahkan saja.

Paling juga meminta lilin, begitu pikirnya.Gadis itu mulai jengkel dalam hatinya.Saat gadis itu membuka pintu, siapa sangka si anak kecil itu menyodorkan sebatang lilin sembari berkata bahwa dia khawatir kalau si gadis kaya tak punya lilin, sehingga anak kecil itu ingin memberikan satu untuk si gadis kaya.

Melihat ketulusan si anak kecil dan betapa picik pikirannya menangislah si gadis kaya lalu dipeluknyalah anak itu. Bukankah kita juga kadang merasa demikian.Merasa gak butuh siapa-siapa.Saat ada yang meminta bantuan, bukannya ditolong malah diceramahin dan dihakimin.Kalau tak lewat mulut, minimal di dalam hati, ditolong kagak ngedumel iya.

Dalam kitab suci ada tertulis, bahwa orang yang cinta uang itu tidak akan masuk ke dalam sorga.Kenapa? Karena dia akan pelit pada orang lain, tapi boros untuk dirinya sendiri. Padahal manusia yang diberi banyak dituntut banyak. Orang seperti ini hidup seperti biasa sih, seperti orang pada umumnya saja.

Tapi sesungguhnya dia dipakai dunia untuk menjadi senjata kelaliman. Hidupnya ingin enak-enak juga foya-foya.Beban hidupnya sudah tak ada, tapi tak mau memakai segala yang ada padanya untuk membantu mengangkat beban sesama. Dia hidup untuk dirinya sendiri dan tak bisa dipakai Tuhan untuk menolong hidup orang lain.

Hkmm..saya pikir itu saja yang ingin saya sampaikan, saya juga masih terus belajar untuk mempraktekkannya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun