Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Yang Harus Dilepaskan untuk Bahagia

12 Januari 2019   01:15 Diperbarui: 15 April 2019   15:25 1723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang lalu saya menonton salah satu youtuber favorit saya. Melalui sebuah video dia akhirnya memberanikan diri untuk mengakui bahwa terkadang dia merasa depresi. Bukan karena faktor ekonomi atau ada masalah yang begitu berat, hanya saja terkadang diapun merasa kosong, buntu, tak tahu apa sebenarnya yang ingin dia lakukan. Kemelut itulah yang terkadang diakuinya membuatnya merasa depresi.

Sayapun menghubungi salah seorang sahabat saya melalui pesan WhatsApp. Saya tanya dia, "Pernah ngerasa depresi gak? depresi ringan gitu.Mungkin ngerasa baik-baik aja padahal udah masuk tahap itu.Dan ternyata itu banyak dialamin orang-orang muda kayak kita."

Dia membalas, sebut saja namanya Mawar,"Iya, depresi mah tiap hari meuren wkwkwkw."

Sebagai orang yang dekat dengan dia sejak awal masa kuliah saya kenal betul kawan saya ini. Kalau dia jawab dia sering merasa depresi saya tahu apa penyebabnya, tapi kalau dia bilang dia selalu happy, nggak mikirin apa-apa, jalanin hidup kayak air yang mengalir, dan merasa bebas kayak burung di atas batu karang di lautan, pasti dia bohong. Saya harap si suatu hari dia bisa lepas dari tahap ini, termasuk saya.

Lalu saya balas,"Hahaha.aku nonton pengakuan beberapa orang di youtube dan aku mikir kayaknya aku pernah beberapa kali memasuki tahap begitu. Maksud aku alangkah indahnya kalo kamu juga merasa demikian jadi aku gak sendiri hahaha." Mau depresi aja ngajak-ngajak orang haha.

Lalu dia membalas lagi, "Hahaha, enggaklah ris. Sekuat apapun orang di luar sana yang kalo kita lihat dia tuh perfect, punya segalanya. Pasti dia juga ada merasa takut, insecure, afraid, struggling, anxiety, angry, sad... Pasti ada sisi vulnerable-nya. Cuman nggak semua orang berani show up mengakui itu. Padahal itu manusiawi. Karena emang susah menemukan diri sendiri. Kita, teh, merasa not good enough karena compare sama orang lain. Padahal setiap orang punya flaws, and it will never change."

Dia balas lumayan panjang. Karena sempat kerja beberapa bulan di Qatar bahasa inggrisnya jadi lumayan bagus.

Tapi karena nggak kuat digodain pria bule berhidung mancung tapi belang dia pun memutuskan untuk balik ke Indonesia. Kangen cilok, seblak, gehu. Kangen makanan Bandung, katanya.

Terus saya balas lagi, "Betul, soalnya masalah kesehatan mental di Indo masih dianggap remeh. Kalau kita cerita mungkin malah bakal di judge sama orang-orang." Begitulah pembicaraan saya tentang depresi dengan dia.

Saya tahu, salah satu perasaan yang bisa mengalahkan rasa depresi adalah rasa bahagia. Tapi membuat seseorang merasa bahagia tidaklah mudah.Kenapa ya, saya bertanya-tanya.

Saya pikir salah satu hal yang membuat banyak orang stres hingga depresi adalah karena manusia didoktrin dan diiming-imingi setiap hari agar memiliki banyak ambisi dan keinginan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun