Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

One Month Notice, Cara Cepat Move On dari Pekerjaan Lama

24 Agustus 2023   17:24 Diperbarui: 24 Agustus 2023   18:32 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi resign (Sumber: Freepik via kompas.com)

Memiliki pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan adalah mimpi semua orang. Hal itu menjadi salah satu alasan kita bisa mencintai sebuah pekerjaan. Terkadang orang lebih mengutamakan kenyamanan dari pada pendapatan. Bisa dilihat dari banyaknya karyawan yang sebenarnya mampu untuk bekerja di perusahaan lain dan layak digaji lebih besar berkali lipat, tetapi malah justru memilih tetap stay di perusahaan lama yang hanya bisa menggaji "semampunya".

Rasa nyaman itu tidak selalu dalam bentuk uang. Bisa jadi suasana kerja, atasan yang selalu bisa mendengarkan masukan dan mampu berkoordinasi secara baik dengan karyawan, bisa juga alasan lokasi kerja yang dekat dengan tempat tinggal, dan lain sebagainya.

Namun, ada pula orang-orang yang merasa lebih baik pindah kerja dari pada kesehatan mentalnya terganggu. Bisa pula karena atasan yang memberikan pressure berlebihan, atau teman kantor yang tidak bisa diajak bekerjasama.

Hal ini yang terjadi baru-baru ini di kantor saya. Ada salah seorang rekan yang memutuskan untuk resign. 

Sebutlah namanya Deni. Alasan utamanya karena ia merasa atasan kami tidak pernah puas dengan hasil kerjanya. Saya mencoba melihat perkara ini di posisi netral. 

Sebagai partner kerjanya walau beda divisi, saya merasa Deni mampu melakukan hal yang lebih dari ini. Melihat dari angka salary-nya yang di atas rata-rata karyawan lain yang selevel seharusnya dia memberi kontribusi lebih pada perusahaan. 

Atasan saya pun sebenarnya berusaha memotivasi, tapi mungkin cara penyampaiannya yang salah. Sehingga yang tersirat adalah beliau selalu meremehkan hasil pekerjaan anak buahnya.

https://katadata.co.id/
https://katadata.co.id/

Akhirnya keduanya terlibat adu mulut. Deni dengan lantang mengatakan "Jika selalu tidak puas dengan hasil kerja saya, lebih baik saya resign." 

Kalimat ini bukan pertama kalinya diucapkan oleh Deni. Atasan saya pun lama-lama muak juga dengan sikap Deni yang terkesan menantang itu. 

Akhirnya di hari yang sama, keduanya menghadap ke ruangan HR. Entah apa jalan keluar yang didapat, yang pasti sejak hari itu, Deni tidak pernah lagi muncul di kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun