"Ada sekumpulan manusia yang akan menangkapmu,"
"Kau tahu dari mana?"
"Aku punya rambut di dalam lekukan-lekukan tubuh yang bisa berputar karena aliran udara. Itu bisa merangsang neuron sehingga aku bisa mendeteksi suara paling lembut sekalipun yang muncul dari segala arah. Sudahlah, jangan banyak tanya. Apa kau mau nasibmu seperti spesiesmu yang lain yang ditangkap secara ilegal?"
Kaska terkejut dengan penjelasan jangkrik di depannya. Semua kesombongannya seakan luruh mendengar kata per kata yang diucapkan jangkrik tanpa jeda. Seketika Kaska ingat pada ayah dan ibunya juga adik-adiknya yang ditangkap sekawanan pemburu saat ia masih berusia satu tahun. Kaska diselamatkan oleh teman-temannya saat itu. Dan betapa jahatnya dia saat ini menjauhi teman-teman yang sudah sangat baik padanya itu.
Keempat spesies berbeda ini memberi kode pada Kaska untuk tak berlama-lama melamun.Â
"Cing, naiklah ke punggungku, bisa mati tertangkap kawan kita si Merak kalau kami harus menunggumu berjalan." ledek Kadal.
Cacing yang sedikit kesal karena diledek pelan-pelan naik ke punggung kadal, dan mencari posisi paling nyaman di sana.
"Merak, kau tega membiarkan si Jangkrik yang sudah menolongmu lompat-lompatan seperti itu?" ucap si Kadal lagi.
Merak tanpa diingatkan dua kali, menurunkan ekornya yang masih mengembang, seraya membiarkan sang jangkrik naik ke tubuhnya.
Kemudian mereka berempat bekerja sama menemani Kaska menyelamatkan diri. Jangkrik menjadi navigator untuk teman-temannya itu. Ia paham betul sudut-sudut hutan ini, seakan ia sudah hidup ratusan tahun di sana.
Dalam kondisi seperti ini, Kaska bisa terbang walaupun tak setinggi jenis burung lain. Jangkrik terus memberinya semangat agar Kaska bisa terbang lebih cepat untuk menyelamatkan diri.