Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Bendera Setengah Tiang

13 Agustus 2022   15:05 Diperbarui: 15 Agustus 2022   21:30 1333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lima  tahun lalu kami sekeluarga memutuskan pindah ke rumah baru. Mencari peruntungan yang lebih baik, kata ibu.

Sejujurnya aku tidak terlalu percaya dengan konsep itu. Aku meyakini bahwa rejeki sudah diatur oleh Tuhan ke masing-masing hambanya.

Perumahan ini terbilang lengang, penghuninya rata-rata sudah paruh baya. Dalam waktu hanya dua minggu ibuku sudah terlihat akrab dengan tetangga samping kanan kiri dan belakang. Tetangga depan? Ada. Hanya saja orangnya jarang mau bercengkerama.

Namanya pak Suroso. nampaknya beliau tinggal seorang diri, karena aku tak pernah melihat ada orang lain selain dirinya yang keluar masuk rumah bercat hijau itu. 

Usianya kutaksir sekitar 70 tahunan. Sekalipun tak lagi muda, perawakannya yang besar tetap tegap. Dengar -- dengar beliau adalah seorang pensiunan TNI.

Tak hanya dengan keluargaku, dengan tetangga lain yang lebih lama tinggal di sini pun pak Suroso tak banyak berbasa basi.

Tiba saatnya di bulan Agustus, kami mendapat imbauan dari ketua RT untuk memasang bendera merah -- putih sepanjang bulan ini. Aku ikut membantu para tetangga yang sudah lansia. Minimal sebagai anak muda aku agak bermanfaat di mata mereka.

Ku pikir ini waktu yang tepat untuk membuka obrolan dengan pak Suroso. Aku melihatnya duduk sendiri di teras sambil mengikat bendera pada batang bambu berdebu.

"Assalammualaikum, pak Suroso, saya bantu, ya?" tawarku.

Ia sedikit mengangkat kepalanya yang agak menunduk. Melempar senyum yang baru pertama kali kulihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun