Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kothbah Terbaik dari Seorang Nenek di Bulan Puasa

17 April 2021   21:33 Diperbarui: 17 April 2021   22:32 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bu Halimah dengan cucunya/dokumentasi pribadi

Pelajaran Hidup Yang Sangat Berharga

Saya tidak ingat lagi, apakah saya sudah pernah menceritakan kejadian ini sebelumnya. Tapi seandainya sudah pernah, juga rasanya tidak masalah,karena yakin yang membaca paling banyak hanya sekitar 100 orang ,sedangkan yang lainnya belum pernah membacanya. Ibarat sebuah buku, walaupun sudah diterbitkan belasan tahun lalu,tapi kalau kita baru pertama kalinya membaca,maka buku tersebut memiliki kisah dan pelajaran baru bagi kita. 

Karena sebagian terbesar dari para pembaca sedang menjalani Ibadah Puasa, maka saya mencoba menulis seirit mungkin,dengan catatan makimal 2 menit total untuk membacanya hingga tuntas. 

Perjalanan Hidup Semasa Kami Baru Menikah

Kami tidak sempat menikmati bulan madu seperti lazimnya pengantin yang baru menikah. Kami hanya sempat menginap di Bukittinggi satu malam dan kemudian kembali ke Padang. Dan kemudian kami pindah ke Medan. Sebagaimana yang sudah pernah saya ceritakan, saya mulai berusaha menjadi pedagang antar kota ,yakni Medan - Padang ,bolak balik . 

Suatu waktu saya demam, tapi karena tiket sudah terlanjur di beli,maka walaupun isteri sudah berusaha mencegah,tapi saya bersikeras tetap berangkat,karena tidak ingin uang tiket hangus begitu saja

Dalam Perjalanan Dengan Bis Als

Saya duduk  berdampingan dengan seorang wanita yang  yang kelihatan rambut nya sudah memutih. Saya mengucapkan selamat pagi dan kemudian diam. Mungkin karena melihat wajah saya murung dan pucat ,maka  wanita  ini bertanya :"Anak kurang sehat ya?"

"Ya bu",jawab saya singkat.

"Kalau kurang sehat mengapa  tidak ditunda keberangkatannya nak? Perjalanan  Medan ke Padang ,bisa sekitar 20 jam nak." kata ibu ini "Oya, saya ibu Halimah nak, saya ke Padang mau lihat cucu yang baru lahir. Dan saya hanya menjawab dengan :"Oo ya bu" dan kemudian kami sama sama diam
 Seluruh penumpangt tampak tidak antusias berbicara,karena memang bulan puasa,apalagi masih subuh,mungkin semuanya masih mengantuk.

Dan Bis Mulai Berangkat

Rasa ngantuk dan demam , membuat saya tertidur...
Saya tidak tahu entah sudah berapa lamanya tertidur., ada yang memanggil saya:" Nak, bangun,kita harus turun." Ternyata bu Halimah yang menepuk pundak saya perlahan lahan

Antara sadar dan tidak ,saya bertanya:"Sudah sampai bu?"

"Aduh belum nak, masih jauh lagi..,tapi karena jembatan rusak,maka semua penumpang harus turun."
Dengan sempoyongan saya turun dari bus ,mengikuti penumpang lainnya.  Saya mencoba untuk duduk direrumputan ,seperti yang lainnya, tapi rasa kantuk dan lelah yang luar biasa, menyebabkan saya tidak kuat untuk duduk. Lalu saya rebahkan tubuh saya dengan beralaskan jaket lusuh yang saya pakai. Saya tertidur...

Entah berapa lama saya tertidur ,tiba tiba ada yang memegang tangan saya dan memanggil saya bangun. Ternyata bu Halimah yang membangunkan saya,karena bis akan segera berangkat lagi.Saya berjalan perlahan menuju ke bis dan hanya selang beberapa saat setelah penumpang naik,bis segera bergerak dan melanjutkan perjalanan

Udara didalam bus cukup panas dan sumpek,namun saya masih merasa kedinginan dan mengigil.Kembali bu Halimah memegang tangan saya dan berkata :"Nak, tadi waktu berhenti,ibu  beli 2 potong ubi rebus ,masih hangat,nih dimakan ya nak"Karena memang sangat lapar,maka tanpa basa basi lagi, saya terima. 

Makan ubi rebus hangat  dalam kondisi perut lapar, ternyata nikmatnya luar biasa. Usai makan,saya ingat untuk memberikan uang kepada bu Halimah sebagai pengganti beli ubi rebus. Maka  saya sodorkan selembar uang dengan sopan dan  berkata:" Maaf bu, ini sekedar uang untuk pengganti beli ubi tadi"
Tapi ternyata bu Halimah menolak dan berkata "Nak,  ibu berbagi pada anak dengan Ihklas ,tidak semuanya harus dihitung dengan uang nak."

Pelajaran Paling Berharga 

Dada saya sesak oleh berbagai perasaan terharu  dan merasa diri saya amat kerdil, karena telah menilai sebuah pemberian yang tulus dengan selembar uang. Rasanya mau saya memeluk wanita ini ,bagaikan memeluk ibu saya .. Inilah pelajaran berharga yang telah merasuk kedalam relung hati terdalam,melebihi ratusan kohbah yang pernah saya dengarkan. Pelajaran hidup tentang arti dan makna ikhlas..

Tjiptadinata  Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun