Update 11 April 2019: HKSE adalah yang terbesar nomor tiga di duniaÂ
Pada 10 April 2019, Bloomberg melaporkan bahwa per 9 April 2019, jumlah kapitalisasi  HKSE telah mencapai USD 5,78 triliun sehingga menggeser jumlah kapitalisasi bursa efek di Jepang yang bernilai USD 5,76 triliun per tanggal yang sama, akibatnya, HKSE menjadi bursa efek yang terbesar ketiga di dunia setelah bursa-bursa efek di  AS dan China.
2%, Kepemilikan Asing dalam Saham dan Obligasi China
Karena itu, sampai dengan akhir 2017, baru sekitar 2% dari obligasi pemerintah dan swasta China serta saham-saham yang tercatat di bursa-bursa efek daratan China dalam CNY dimiliki oleh investor asing (www.pbc.gov.cn). Sebagai perbandingan, sekitar 30% obligasi pemerintah  (total sekitar USD 14,5 triliun) maupun swasta (total sekitar USD 10 triliun) AS dalam USD dimiliki oleh investor asing karena USD adalah mata uang cadangan dan mata uang perdagangan yang dominan di dunia sampai saat ini. Baru 11% obligasi pemerintah Jepang (yang totalnya sekitar USD 9,3 triliun) dimiliki oleh asing dan 44% lagi dimiliki oleh bank sentral Jepang.
Selain itu, baru sekitar 2% dari asset perbankan di China, yang bernilai total sekitar USD 39,9 triliun per akhir 2017, dimiliki oleh investor bank-bank asing dalam bentuk bank campuran, kecuali HSBC.
Total nilai asset industry keuangan China (perbankan, asuransi dan pensiun) adalah sekitar USD 44 triliun per akhir 2017.
Obligasi Pemerintah China sebagai safe haven (tempat berlindung yang aman) global
Andy Seaman, seorang partner dan eksekutif kepala investasi Stratton Street Capital, berkata bahwa obligasi CNY dapat menjadi kelas asset yang jauh lebih penting pada tahun-tahun mendatang karena China terus memperlebar akses kepada para investor asing. Sejak 2017 obligasi CNY dimasukkan ke Citi Emerging Market Government Bond Index dan Regional Government Bond Index. Jika Citibank memasukkannya ke World Government Bond Index-nya yang lebih besar dan lebih diakui di dunia, lebih banyak manajer asset global yang akan mulai berinvestasi dalam obligasi tersebut.
Seaman menambahkan bahwa obligasi CNY terus menarik perhatian karena beberapa alasan, yang terutama adalah prospek bahwa nilai CNY akan terus naik terhadap mata-uang-mata uang besar lainnya di dunia pada tahun-tahun mendatang."Negeri yang memiliki asset luar negeri bersih (berdasarkan NIIP)* mengalami kenaikan nilai mata uang mereka," katanya. Selain itu, yield (imbal hasil) obligasi CNY tinggi dibandingkan dengan yield-yield yang biasa didapatkan oleh para investor Eropa. Seaman memperkirakan bahwa CNY akan naik rata-rata 4% setahun terhadap mata-uang-mata uang utama lainnya. Â (Institutional Investor, 17 Januari 2018: China's bond market is set to boom).
* Disebut juga sebagai negeri kreditur karena memiliki aset keuangan luar negeri yang lebih besar daripada kewajiban keuangannya. Untuk rincian NIIP, lihat juga: Prospek Rupiah terhadap Baht dan Ringgit berdasarkan NIIP ... oleh Tjan Sie Tek, kompasiana.com, 8 April 2018.Â
Menurut the Japan Times 27 Mei 2017, per akhir 2016, Jepang adalah negeri kreditur yang terbesar di dunia (dengan aset luar negeri bersih USD 3,12 triliun) dan China adalah nomor dua (USD 1,875 triliun), disusul oleh Jerman. Sebagai perbandingan, Indonesia adalah negeri debitur dengan kewajiban USD 343,4 miliar per akhir September 2017. Per akhir 2016, Malaysia dan Singapura adalah negeri-negeri kreditur. Singapura adalah negeri kreditur yang terbesar di Asia Tenggara.