Doa, yang sejatinya merupakan bentuk paling pribadi dari hubungan manusia dengan Tuhan, bisa dikemas dalam format "layanan digital berbayar"?
Itulah yang terjadi beberapa waktu terakhir, ketika nama Ustaz Yusuf Mansur kembali mencuat ke publik lewat video promosi jasa doa online berbayar yang ia unggah sendiri.
Dalam video itu, Yusuf mengajak masyarakat untuk berdonasi lewat aplikasi PayTren, sembari menjanjikan akan "mendoakan secara khusus" setiap nama yang masuk.
Video tersebut langsung meledak. Warganet ramai membicarakannya, ada yang membela, ada yang mencibir.
Sebagian melihatnya sebagai inovasi dakwah modern, bentuk baru sedekah digital. Tapi sebagian lain merasa ada yang janggal, apakah doa kini sudah bisa dikomersialkan?
Namun sebelum buru-buru menghakimi, menarik untuk melihat lebih dalam, siapa sebenarnya Yusuf Mansur, bagaimana perjalanan spiritualnya, dan mengapa sosok ini selalu jadi magnet antara kekaguman dan kontroversi?
Perjalanan Yusuf Mansur dari santri hingga ustaz terkenal kini diuji lewat kontroversi doa online berbayar. Antara dakwah, bisnis, dan keikhlasan. - Tiyarman Gulo
Dari Santri Biasa ke Penceramah Nasional
Yusuf Mansur lahir di Jakarta, 19 Desember 1976.
Ia bukan anak konglomerat, bukan pula keturunan ulama besar. Masa mudanya cukup keras, bahkan sempat terjerumus dalam urusan hukum di usia muda. Tapi dari sanalah perjalanan batin itu dimulai.
Selepas peristiwa itu, Yusuf memutuskan untuk mondok di Pesantren Daarul Falah, Cilongok, Tangerang.
Di pondok sederhana itulah ia mulai mengenal dunia tafsir, fikih, dan yang paling penting, makna hidup yang dituntun oleh Al-Qur'an.
Para gurunya menanamkan nilai keikhlasan, kesabaran, dan pentingnya memberi manfaat bagi orang lain.