Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Jika Indonesia Lolos Piala Dunia 2026, Aku Akan... (dan Kamu Pasti Ikut Gila Bareng Aku!)

7 Oktober 2025   21:26 Diperbarui: 8 Oktober 2025   07:02 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Indonesia (pixabay.com/reinaldoreinhart)

Suatu pagi di bulan Juni 2026, aku bangun bukan karena alarm, tapi karena suara tetangga teriak dari halaman rumah, "BROOO! INDONESIA MASUK PIALA DUNIA!!"

Aku refleks bangun, belum gosok gigi, langsung buka ponsel. Dan di layar, ada notifikasi yang bikin jantung copot, bukan dari mantan, tapi dari FIFA.

Tulisan besar di sana, "Indonesia qualifies for FIFA World Cup 2026." Diam lima detik. Kemudian aku menjerit seperti habis menemukan diskon 90% di tiktok.

Andai Indonesia lolos Piala Dunia 2026, euforia nasional pecah; dari humor, harapan, hingga kebanggaan jadi satu, menggambarkan semangat dan mimpi rakyat Indonesia. - Tiyarman Gulo

Dari Tim Penggembira Jadi Pusat Dunia

Mari kita jujur sebentar. Selama puluhan tahun, kita nonton Piala Dunia cuma untuk mendukung negara lain. Brasil, Jerman, Argentina, terserah. Pokoknya bukan Indonesia.

Karena kita tahu, kalau mau lihat Indonesia di Piala Dunia, ya paling di kolom Breaking News, "Wasit dari Indonesia memimpin pertandingan pembuka."

Tapi beberapa tahun terakhir, sesuatu berubah. Nama-nama seperti Jay Idzes, Ivar Jenner, Ragnar Oratmangoen mulai bikin kita berani bermimpi.

Timnas kita bukan cuma isi poster di warung kopi, tapi mulai punya performa yang bikin lawan-lawan Asia mikir dua kali sebelum menyepelekan.

Dulu, kita nonton pertandingan Timnas sambil bilang, "Udah lah, yang penting main bagus aja, nggak usah menang." Sekarang?
Begitu kalah tipis aja, timeline langsung meledak, "Kapan STY keluarin jurus pamungkasnya?"

Indonesia akhirnya sampai ke putaran keempat kualifikasi. Delapan tiket Asia untuk Piala Dunia terasa seperti harapan di ujung Indomie, kelihatan kecil, tapi nikmat kalau benar-benar kejadian.

Nasionalisme Dadakan dan Pakar Bola Instan

Begitu Indonesia benar-benar lolos, yakin deh, rakyat Indonesia langsung berubah total. Mendadak semua orang jadi football expert.
Yang biasanya komentar di TikTok soal skincare, tiba-tiba bahas high pressing dan tactical awareness.

Di Twitter (eh, X maksudnya), muncul utas panjang dari akun random, "Sebenernya pola permainan Indonesia itu mirip kombinasi tiki-taka Barcelona dan gegenpressing-nya Klopp, tapi lebih spiritual."

Dan di bawahnya, ada yang komentar, "Betul. Ini hasil doa ibu-ibu arisan tiap malam Jumat." Brand-brand pun langsung pasang slogan nasionalis.

Indomie bikin varian "Rasa Piala Dunia", mungkin pedasnya sampai bikin wasit nangis.

Aqua ganti tagline, "Indonesia Haus Akan Kemenangan."

Dan tukang bakso di ujung gang ganti nama, "Bakso Ronaldo Asli Cibubur."

Kalau Aku Sendiri, Aku Akan...

Jujur, aku udah janji sama diri sendiri. Kalau Indonesia lolos Piala Dunia, aku akan... nabung. Bukan buat beli tiket nonton ke Amerika, tapi buat beli jersey ori, yang harganya hampir sama kayak DP motor.

Tapi serius, bayangin sensasinya, Melihat bendera merah putih berkibar di Piala Dunia, mendengar lagu Indonesia Raya bergema di stadion luar negeri, dan pemain kita berdiri sejajar dengan bintang-bintang dunia. Coba bilang nggak merinding.

Mungkin aku akan, Cetak banner segede rumah, "AKU HIDUP DI ZAMAN INDONESIA MASUK PIALA DUNIA." 

Gelar nobar di depan gang, pakai proyektor pinjaman dari kelurahan.

Bikin playlist "Timnasku Bahagiaku" di Spotify.

Dan pastinya, upload story 20 detik tiap menit, "INI INDONESIA, BUKAN MAIN-MAIN!"

Tapi yang paling serius, aku mau nyumbang tenaga. Kalau bisa, jadi relawan di PSSI bagian motivasi spiritual. Tugasnya cuma satu, bisikin pemain sebelum tanding, "Ingat, ini bukan sekadar bola. Ini harga diri 270 juta jiwa."

Fenomena Nasional, Euforia Se-Indonesia Raya

Begitu Indonesia lolos, bisa dipastikan, Kita nggak cuma nonton bola, tapi bikin sejarah baru tentang "cara orang Indonesia merayakan sesuatu".

Jalanan Jadi Lautan Merah Putih

Semua orang keluar rumah. Motor-motor konvoi, spanduk di mana-mana, bahkan tukang parkir pakai jersey Jay Idzes. Polisi bingung, ini konvoi bola atau demo damai?

Media Sosial Penuh dengan Meme

Meme pertama yang muncul pasti soal Presiden pidato dari stadion. Judulnya, "Dari Istana ke Tribun Timur." Ada juga sinetron baru, "Cinta di Tengah Kick-off." Dan jangan lupakan iklan rokok, "Karena Menang Itu Gaya Hidup."

Kantor dan Sekolah Jadi Tempat Nobar Nasional

Jam kerja? Lupakan. Bos juga nonton. Guru juga nonton. Siswa nulis di ujian, "Tuliskan tiga alasan Indonesia lolos Piala Dunia." Jawabannya bisa saja, Shin Tae-yong, Jay Idzes dan Campur tangan Tuhan.

Dari Tawa ke Rasa Bangga

Lucu memang, tapi di balik semua euforia itu, ada sesuatu yang lebih dalam. Kita jarang satu suara. Dalam banyak hal, kita bisa debat dari subuh sampai sahur, dari politik, musik, sampai harga cilok. Tapi kalau Timnas main, semua tiba-tiba sepakat, kita Indonesia.

Sepak bola bukan sekadar olahraga di negeri ini. Dia semacam agama kedua, lengkap dengan ritual, harapan, dan air mata. Setiap gol, setiap kartu kuning, setiap peluit wasit, semua punya cerita.

Kalau nanti Indonesia benar-benar tampil di Piala Dunia, itu bukan cuma soal 11 pemain di lapangan. Itu soal jutaan mimpi kecil yang akhirnya punya panggung besar.

Anak-anak di kampung yang main bola nyeker bakal punya alasan baru buat terus ngejar bola. "Kalau Bang Jay Idzes aja bisa, kenapa aku nggak?"

Tapi, Yuk Realistis Dikit

Oke, kita boleh mimpi, tapi jangan lupa, jalan ke Piala Dunia itu bukan jalan tol. Masih banyak negara kuat di depan, Jepang, Korea Selatan, Australia, Iran. Mereka udah langganan, kita baru masuk daftar tunggu.

Tapi hei, bukankah itu esensi jadi orang Indonesia?

Kita nggak pernah punya jalan mudah. Tapi kita punya semangat yang susah dimatikan. Lihat aja, dari zaman belum punya stadion layak, sampai sekarang punya skuad diaspora yang bisa bikin lawan keringat dingin. Kita berkembang. Pelan, tapi pasti.

Lucunya, mimpi lolos Piala Dunia ini kayak cermin kecil kehidupan kita. Kita sering diejek, sering diremehkan, tapi kita terus maju, dengan gaya kita sendiri. Kadang berantakan, tapi selalu kompak kalau sudah di ambang keajaiban.

Kita mungkin bangsa yang suka bercanda, tapi justru karena itu, kita kuat. Tawa kita bukan pelarian, tapi bentuk perlawanan terhadap kenyataan yang berat.

Jadi kalau nanti Indonesia beneran tampil di Piala Dunia, tawa itu bakal berubah jadi air mata, bukan karena sedih, tapi karena bangga.

Dari Ejekan Jadi Kebanggaan

Aku masih ingat dulu orang sering bercanda, "Indonesia masuk Piala Dunia? Tunggu kiamat dulu." Nah, kalau benar kejadian nanti, aku mau update status, "Kiamat kecil sudah tiba, tapi rasanya menyenangkan."

Dan ketika kamera televisi menyorot para pemain Indonesia menyanyikan lagu kebangsaan di Amerika, aku tahu, semua canda, semua tawa, semua meme yang dulu kita buat, akhirnya punya makna.

Karena ternyata, di balik semua lelucon itu, kita memang selalu punya satu hal yang sama, cinta pada negeri ini.

Jadi, Aku Akan...

Kalau Indonesia lolos Piala Dunia 2026, aku nggak akan janji muluk. Aku nggak akan potong rambut botak, apalagi lari keliling Monas.
Aku cuma mau satu hal sederhana, percaya bahwa kita bisa.

Karena buat bangsa yang sudah lama terbiasa dengan "hampir menang", akhirnya "benar-benar lolos" adalah bentuk kemenangan spiritual.

Dan kalau nanti kamu nonton aku nangis di depan TV, jangan ketawain, ya. Aku cuma lagi membuktikan, bahwa mimpi yang dulu terasa mustahil, bisa jadi nyata, asal kita nggak berhenti percaya.

Karena kalau Indonesia bisa tembus Piala Dunia, berarti nggak ada lagi yang mustahil di dunia ini. Bahkan, mungkin mantan pun bisa balikan. Tapi tolong, jangan. Fokus ke bola dulu.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun