Begitu Indonesia lolos, bisa dipastikan, Kita nggak cuma nonton bola, tapi bikin sejarah baru tentang "cara orang Indonesia merayakan sesuatu".
Jalanan Jadi Lautan Merah Putih
Semua orang keluar rumah. Motor-motor konvoi, spanduk di mana-mana, bahkan tukang parkir pakai jersey Jay Idzes. Polisi bingung, ini konvoi bola atau demo damai?
Media Sosial Penuh dengan Meme
Meme pertama yang muncul pasti soal Presiden pidato dari stadion. Judulnya, "Dari Istana ke Tribun Timur." Ada juga sinetron baru, "Cinta di Tengah Kick-off." Dan jangan lupakan iklan rokok, "Karena Menang Itu Gaya Hidup."
Kantor dan Sekolah Jadi Tempat Nobar Nasional
Jam kerja? Lupakan. Bos juga nonton. Guru juga nonton. Siswa nulis di ujian, "Tuliskan tiga alasan Indonesia lolos Piala Dunia." Jawabannya bisa saja, Shin Tae-yong, Jay Idzes dan Campur tangan Tuhan.
Dari Tawa ke Rasa Bangga
Lucu memang, tapi di balik semua euforia itu, ada sesuatu yang lebih dalam. Kita jarang satu suara. Dalam banyak hal, kita bisa debat dari subuh sampai sahur, dari politik, musik, sampai harga cilok. Tapi kalau Timnas main, semua tiba-tiba sepakat, kita Indonesia.
Sepak bola bukan sekadar olahraga di negeri ini. Dia semacam agama kedua, lengkap dengan ritual, harapan, dan air mata. Setiap gol, setiap kartu kuning, setiap peluit wasit, semua punya cerita.
Kalau nanti Indonesia benar-benar tampil di Piala Dunia, itu bukan cuma soal 11 pemain di lapangan. Itu soal jutaan mimpi kecil yang akhirnya punya panggung besar.
Anak-anak di kampung yang main bola nyeker bakal punya alasan baru buat terus ngejar bola. "Kalau Bang Jay Idzes aja bisa, kenapa aku nggak?"
Tapi, Yuk Realistis Dikit
Oke, kita boleh mimpi, tapi jangan lupa, jalan ke Piala Dunia itu bukan jalan tol. Masih banyak negara kuat di depan, Jepang, Korea Selatan, Australia, Iran. Mereka udah langganan, kita baru masuk daftar tunggu.
Tapi hei, bukankah itu esensi jadi orang Indonesia?
Kita nggak pernah punya jalan mudah. Tapi kita punya semangat yang susah dimatikan. Lihat aja, dari zaman belum punya stadion layak, sampai sekarang punya skuad diaspora yang bisa bikin lawan keringat dingin. Kita berkembang. Pelan, tapi pasti.