"Kamu ceroboh,"Â kita bisa bilang, "Saya juga pernah ngalamin hal yang sama, mungkin kita bisa perbaiki bareng."
Kedengarannya sederhana, tapi inilah inti dari kecerdasan emosional. Dan jauh sebelum istilah itu populer, Carnegie sudah mengajarkannya.
Kritik, Antara Manipulasi dan Kemanusiaan
Beberapa orang menilai buku ini manipulatif.
"Ah, Carnegie cuma ngajarin cara menjilat supaya disukai," kata sebagian pembaca skeptis.
Tapi sebenarnya, How to Win Friends and Influence People bukan tentang memanfaatkan orang, melainkan membangun hubungan yang saling menguntungkan.
Carnegie tidak menyuruh kita berpura-pura. Ia menekankan kata "tulus" berkali-kali. Kalau kamu memuji seseorang tapi tidak benar-benar menghargainya, orang itu akan tahu.Â
Tapi kalau kamu melihat kebaikan kecil dan mengakuinya, itu bukan manipulasi, itu empati. Buku ini bukan pelajaran tentang politik sosial, tapi tentang kebaikan yang strategis.Â
Tentang bagaimana bersikap manusiawi tanpa kehilangan ketegasan. Tentang bagaimana berkomunikasi tanpa melukai.
Kenapa Buku Ini Masih Penting Dibaca Hari Ini
Zaman berubah. Tapi manusia, tidak begitu banyak. Kita masih ingin dimengerti, diterima, dan dihargai. Dan itu sebabnya, pesan Carnegie tetap relevan, bahkan di dunia yang serba digital.
Buku ini juga menjadi fondasi bagi banyak karya modern tentang komunikasi dan kepemimpinan, seperti Emotional Intelligence karya Daniel Goleman atau The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen Covey.Â
Tapi Carnegie tetap istimewa karena ia menulis dengan bahasa manusia, bukan bahasa psikologi rumit. Buat kamu yang sering merasa minder, sulit bergaul, atau takut bicara di depan umum, buku ini seperti teman yang memegang tanganmu dan berkata,