Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Waspada! Penipuan AI Kini Mengintai Dompet Kita

1 September 2025   15:13 Diperbarui: 1 September 2025   15:13 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waspada! Penipuan AI Kini Mengintai Dompet Kita | foto: freepik

Kamu sedang duduk santai di ruang tamu, lalu tiba-tiba telepon berdering. Nomornya tidak asing, suaranya pun terdengar akrab, mirip suara adikmu yang tinggal di luar kota. Dengan nada panik, ia berkata, "Kak, aku butuh uang sekarang juga. Tolong transfer, nanti aku jelaskan."

Karena panik dan percaya, kamu buru-buru melakukan transfer. Beberapa jam kemudian, kamu baru sadar ternyata adikmu baik-baik saja, tidak pernah menelepon, apalagi meminta uang. Uang yang kamu transfer sudah lenyap entah ke mana.

Seram? Ya, sangat seram. Dan ini bukan sekadar cerita fiksi. Kasus seperti ini benar-benar terjadi di Indonesia, dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) sebagai senjata utama para penipu.

Penipuan berbasis AI marak di Indonesia, dari suara dan wajah palsu hingga telepon palsu. Masyarakat diminta waspada dan bijak menjaga data pribadi. - Tiyarman Gulo

Fenomena Penipuan AI yang Merajalela

Dulu, modus penipuan biasanya berupa SMS hadiah palsu atau telepon dari "bank" yang mengaku butuh data pribadi. Sekarang, levelnya naik jauh lebih canggih. Dengan bantuan AI, para penipu bisa,

  • Meniru suara seseorang dengan sangat mirip, hanya dari cuplikan audio yang mereka temukan di media sosial.
  • Membuat video deepfake, menampilkan wajah dan ekspresi orang tertentu, sehingga korban benar-benar percaya kalau yang muncul di layar adalah kerabat atau temannya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mengaku menerima ribuan laporan terkait penipuan yang semakin rapi ini. Berdasarkan data, jenis penipuan yang paling banyak dilaporkan masyarakat antara lain,

  • Penipuan jual-beli online, 39.108 laporan.
  • Telepon palsu, 20.628 laporan.
  • Penipuan investasi, 14.533 laporan.

Angka-angka ini bukan main-main. Artinya, puluhan ribu masyarakat Indonesia sudah menjadi korban, dan itu baru yang melapor. Bisa jadi jumlah sebenarnya jauh lebih besar.

Jenis-Jenis Penipuan Berbasis AI

Supaya lebih jelas, mari kita bahas beberapa bentuk penipuan AI yang kini marak di Indonesia,

1. Deepfake Suara

Dengan teknologi voice cloning, suara kamu bisa ditiru hanya dari rekaman singkat, misalnya dari voice note WhatsApp atau video TikTok. Bayangkan suara ibu, anak, atau pasangan kamu dipalsukan untuk meminta uang. Karena terdengar sangat mirip, banyak orang akhirnya lengah.

2. Deepfake Wajah/Video

Tak kalah menakutkan, AI juga bisa membuat video tiruan. Seolah-olah orang yang kamu kenal sedang berbicara langsung lewat video call. Padahal itu hanyalah manipulasi digital. Ekspresinya, gerak bibirnya, bahkan kedipan matanya bisa terlihat sangat nyata.

3. Telepon Palsu yang Meyakinkan

AI bisa mengubah suara penipu agar terdengar seperti pegawai bank, petugas pemerintah, atau bahkan teman lama. Mereka memanfaatkan situasi panik atau darurat untuk menekan korban agar segera bertindak.

4. Scam Online yang Sulit Dibedakan dari Asli

Mulai dari situs jual-beli hingga iklan investasi, AI mampu membuat tampilan web dan pesan otomatis yang sangat meyakinkan. Bahkan balasan chat bot bisa terdengar manusiawi, membuat korban percaya kalau sedang berbicara dengan customer service resmi.

Kenapa Kita Mudah Tertipu?

Pertanyaannya, kenapa banyak orang yang "kejebak" padahal sudah sering diingatkan? Jawabannya ternyata cukup manusiawi.

  1. Faktor Panik dan Emosi
    Ketika mendengar suara anak atau pasangan dalam keadaan darurat, logika sering kali kalah dengan rasa takut dan cemas. Penipu tahu betul cara memanfaatkan momen ini.
  2. Budaya Percaya pada Suara Akrab
    Di Indonesia, kita terbiasa mempercayai suara orang dekat. Kalau suaranya mirip, biasanya kita tidak banyak bertanya.
  3. Kurangnya Literasi Digital
    Tidak semua orang paham soal deepfake atau voice cloning. Bagi sebagian besar masyarakat, yang penting terlihat nyata berarti itu benar.

Dampak yang Ditimbulkan

Penipuan AI tidak hanya menguras tabungan korban. Ada dampak lain yang jarang dibicarakan,

  • Trauma psikologis, korban jadi takut menerima telepon atau video call.
  • Hilangnya rasa percaya, orang mulai ragu ketika mendengar suara keluarga, bahkan terhadap orang terdekatnya sendiri.
  • Ketidakpastian sosial, teknologi yang seharusnya membantu, malah membuat masyarakat cemas.

Tips Menghindari Penipuan AI

Supaya tidak terjebak dalam cengkeraman maling digital ini, berikut beberapa langkah yang bisa kita lakukan,

1. Verifikasi Selalu Nomor Asli

Kalau tiba-tiba ada telepon mencurigakan, jangan langsung percaya. Hubungi balik nomor resmi atau gunakan channel komunikasi lain (misalnya WhatsApp atau email) untuk memastikan.

2. Jaga Kerahasiaan Informasi Pribadi

Jangan mudah membagikan data pribadi seperti KTP, nomor rekening, bahkan rekaman suara di platform publik. Hati-hati juga mengunggah video anak atau keluarga.

3. Waspadai Suara/Video yang Tidak Biasa

Deepfake biasanya tidak sempurna. Perhatikan tanda-tanda kecil seperti intonasi suara yang aneh, ekspresi wajah yang kaku, atau gerakan bibir yang sedikit tidak sinkron.

4. Bijak Gunakan Media Sosial

Semakin sedikit jejak digital yang kamu tinggalkan, semakin sulit bagi penipu untuk memanfaatkannya. Batasi unggahan pribadi, terutama hal-hal yang bisa dipakai untuk manipulasi.

5. Gunakan Fitur Keamanan di M-Banking

Aktifkan autentikasi dua faktor, PIN tambahan, dan jangan pernah bagikan OTP ke siapa pun. Ingat, bank tidak pernah meminta kode OTP atau password lewat telepon.

Peran Pemerintah dan Masyarakat

Melawan penipuan berbasis AI bukan hanya tanggung jawab individu. Pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat perlu bekerja sama.

  • OJK, meningkatkan edukasi dan literasi keuangan digital.
  • Kominfo, memperkuat regulasi dan menindak situs atau aplikasi penipuan.
  • Polisi Siber, melacak dan menindak pelaku.
  • Masyarakat, saling mengingatkan, terutama kepada keluarga yang kurang paham teknologi.

Penutup, Jangan Biarkan AI Mengalahkan Kewaspadaan Kita

AI sejatinya adalah teknologi yang bisa membantu kehidupan manusia, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga hiburan. Namun, di tangan yang salah, AI bisa jadi senjata berbahaya.

Ingat, penipu tidak butuh kita bodoh, mereka hanya butuh kita lengah. Maka dari itu, jangan mudah percaya hanya karena suara terdengar akrab atau wajah terlihat mirip.

Di era digital ini, kewaspadaan adalah benteng terakhir kita. Jangan biarkan teknologi pintar mengalahkan insting dan logika kita sebagai manusia.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun