Pertanyaannya, kenapa banyak orang yang "kejebak" padahal sudah sering diingatkan? Jawabannya ternyata cukup manusiawi.
- Faktor Panik dan Emosi
Ketika mendengar suara anak atau pasangan dalam keadaan darurat, logika sering kali kalah dengan rasa takut dan cemas. Penipu tahu betul cara memanfaatkan momen ini. - Budaya Percaya pada Suara Akrab
Di Indonesia, kita terbiasa mempercayai suara orang dekat. Kalau suaranya mirip, biasanya kita tidak banyak bertanya. - Kurangnya Literasi Digital
Tidak semua orang paham soal deepfake atau voice cloning. Bagi sebagian besar masyarakat, yang penting terlihat nyata berarti itu benar.
Dampak yang Ditimbulkan
Penipuan AI tidak hanya menguras tabungan korban. Ada dampak lain yang jarang dibicarakan,
- Trauma psikologis, korban jadi takut menerima telepon atau video call.
- Hilangnya rasa percaya, orang mulai ragu ketika mendengar suara keluarga, bahkan terhadap orang terdekatnya sendiri.
- Ketidakpastian sosial, teknologi yang seharusnya membantu, malah membuat masyarakat cemas.
Tips Menghindari Penipuan AI
Supaya tidak terjebak dalam cengkeraman maling digital ini, berikut beberapa langkah yang bisa kita lakukan,
1. Verifikasi Selalu Nomor Asli
Kalau tiba-tiba ada telepon mencurigakan, jangan langsung percaya. Hubungi balik nomor resmi atau gunakan channel komunikasi lain (misalnya WhatsApp atau email) untuk memastikan.
2. Jaga Kerahasiaan Informasi Pribadi
Jangan mudah membagikan data pribadi seperti KTP, nomor rekening, bahkan rekaman suara di platform publik. Hati-hati juga mengunggah video anak atau keluarga.
3. Waspadai Suara/Video yang Tidak Biasa
Deepfake biasanya tidak sempurna. Perhatikan tanda-tanda kecil seperti intonasi suara yang aneh, ekspresi wajah yang kaku, atau gerakan bibir yang sedikit tidak sinkron.
4. Bijak Gunakan Media Sosial
Semakin sedikit jejak digital yang kamu tinggalkan, semakin sulit bagi penipu untuk memanfaatkannya. Batasi unggahan pribadi, terutama hal-hal yang bisa dipakai untuk manipulasi.
5. Gunakan Fitur Keamanan di M-Banking
Aktifkan autentikasi dua faktor, PIN tambahan, dan jangan pernah bagikan OTP ke siapa pun. Ingat, bank tidak pernah meminta kode OTP atau password lewat telepon.
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Melawan penipuan berbasis AI bukan hanya tanggung jawab individu. Pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat perlu bekerja sama.
- OJK, meningkatkan edukasi dan literasi keuangan digital.
- Kominfo, memperkuat regulasi dan menindak situs atau aplikasi penipuan.
- Polisi Siber, melacak dan menindak pelaku.
- Masyarakat, saling mengingatkan, terutama kepada keluarga yang kurang paham teknologi.
Penutup, Jangan Biarkan AI Mengalahkan Kewaspadaan Kita
AI sejatinya adalah teknologi yang bisa membantu kehidupan manusia, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga hiburan. Namun, di tangan yang salah, AI bisa jadi senjata berbahaya.
Ingat, penipu tidak butuh kita bodoh, mereka hanya butuh kita lengah. Maka dari itu, jangan mudah percaya hanya karena suara terdengar akrab atau wajah terlihat mirip.