Risiko Kanker. Draf PBB mengkategorikannya sebagai zat yang bersifat karsinogenik, artinya dapat memicu pertumbuhan sel kanker, terutama yang sensitif terhadap hormon seperti kanker payudara dan prostat.
Masalah Reproduksi. Sebagai peniru estrogen, BPA dapat mengganggu kesuburan baik pada pria maupun wanita.
Racun Mutagenik. Artinya, ia berpotensi merusak materi genetik (DNA) di dalam sel kita.
Pertanyaan terbesarnya. Bagaimana si penipu ini bisa masuk dari galon ke dalam air yang kita minum? Jawabannya adalah melalui proses yang disebut leaching atau peluruhan. Plastik polikarbonat tidaklah se-stabil yang kita kira. Seiring waktu dan kondisi tertentu, "lem" BPA ini bisa terlepas dan larut ke dalam air.
Pemicunya? Sangat relevan dengan kondisi di Indonesia.
Usia Galon. Semakin tua galon, semakin rapuh ikatannya. Data dari Koalisi Kemanan dan Igiene (KKI) menyebutkan 40% galon guna ulang yang beredar sudah tergolong tua (lebih dari dua tahun atau 40 kali pakai).
Goresan dan Abrasi. Proses pembersihan galon di depot yang menggunakan sikat kasar dapat menciptakan goresan-goresan mikro, membuka jalan bagi BPA untuk lebih mudah luruh.
Panas dan Sinar Matahari. Inilah pemicu terbesarnya. Galon yang didistribusikan dengan truk bak terbuka dan terpapar sinar matahari langsung akan mengalami proses peluruhan yang jauh lebih cepat. Panas adalah akselerator bagi BPA untuk "kabur" dari rumah plastiknya.
Momen Bersejarah di Busan, Dunia Akhirnya Mengatakan "CUKUP!"
Selama bertahun-tahun, bahaya BPA menjadi perdebatan. Namun, pada pertemuan Komite Negosiasi antar-Pemerintahan (INC-5) di Busan, sebuah konsensus global yang kuat akhirnya terbentuk. Sebanyak 85 negara, dengan suara bulat yang diwakili oleh delegasi Rwanda, mendesak agar penghapusan total produk plastik dan bahan kimia berbahaya seperti BPA dimasukkan ke dalam Global Plastic Treaty, sebuah perjanjian internasional yang mengikat secara hukum.
"Perjanjian tersebut harus menetapkan kewajiban yang jelas dan mengikat secara hukum untuk menghapuskan produk plastik dan bahan kimia paling berbahaya," demikian bunyi pernyataan tegas tersebut.
Norwegia, didukung oleh Uni Eropa, Australia, Kanada, dan banyak negara Afrika, bahkan melangkah lebih jauh dengan mengajukan proposal resmi untuk melarang total penggunaan BPA. Ini bukan lagi sekadar himbauan, ini adalah seruan perang global terhadap ancaman kimia.