Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ingin Dihormati Anak? Hentikan 8 Kebiasaan Normal yang Ternyata Meracuni Hubungan Ini

14 Agustus 2025   17:50 Diperbarui: 14 Agustus 2025   14:08 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ayah dan anak yang sedang berinteraksi dengan penuh perhatian dan kasih sayang. (Freepik) 

Setiap orang tua di dunia ini menginginkan satu hal yang sama. Hubungan yang hangat dan penuh rasa hormat dengan anak-anak mereka. Kita ingin menjadi tempat mereka pulang, sosok yang mereka kagumi, dan teladan yang mereka ikuti. Kita membacakan dongeng, bekerja keras untuk biaya sekolah mereka, dan rela tidak tidur saat mereka sakit.

Lalu, mengapa terkadang kita merasa ada jarak yang tak terlihat? Mengapa di satu titik, kita merasa suara kita tidak lagi didengar, dan rasa hormat itu seolah memudar, digantikan oleh rasa takut atau, lebih buruk lagi, ketidakpedulian?

Bagaimana jika saya katakan, jawabannya mungkin tersembunyi bukan pada kesalahan besar yang kita lakukan, melainkan pada kebiasaan-kebiasaan kecil yang kita anggap "normal" dan kita lakukan setiap hari? Kebiasaan yang, tanpa kita sadari, bekerja seperti racun lambat yang menggerogoti fondasi kepercayaan dan rasa hormat dalam keluarga.

Ini bukan artikel untuk menghakimi. Anggap saja ini sebuah cermin. 

Mari kita lihat bersama, dengan jujur dan hati terbuka, delapan kebiasaan yang perlu kita hentikan sekarang juga demi membangun kembali jembatan emas menuju hati anak kita.

Hormat anak tak didapat dari teriakan atau paksaan. Hentikan 8 kebiasaan buruk seperti melanggar privasi & gengsi minta maaf. Jadilah teladan sejati. - Tiyarman Gulo

1. Kehilangan Ketenangan, Jurus Teriak yang Hanya Melahirkan Rasa Takut

Kebiasaan "Normal", "Anak kalau nggak dibentak, ya nggak bakal dengar!"

Jujur saja, siapa orang tua yang tidak pernah terpancing emosi? Saat rumah berantakan, mainan berserakan, dan anak menolak makan untuk kesekian kalinya, kesabaran kita bisa setipis tisu. Berteriak atau membentak terasa seperti jalan pintas tercepat untuk didengarkan.

Racun Tersembunyinya Saat kita berteriak, pesan yang diterima anak bukanlah "Oh, aku harus merapikan mainan." Pesan yang mereka terima adalah "Orang dewasa menyelesaikan masalah dengan agresi. Saat marah, berteriak itu boleh. Ibuku/Ayahku adalah sosok yang menakutkan." Mereka mungkin patuh, tapi itu karena takut, bukan karena hormat. Rasa takut membuat anak menyembunyikan masalah, sementara rasa hormat membuat mereka datang kepada kita saat ada masalah.

Jalan Menuju Hormat adalah Menjadi orang tua yang dihormati berarti menjadi "batu karang" yang tenang di tengah badai. Belajar mengelola emosi, mengambil jeda sejenak sebelum merespons, dan berbicara dengan nada tegas namun tetap tenang adalah demonstrasi kekuatan yang sesungguhnya. Itu menunjukkan pada anak bahwa kendali diri adalah sifat seorang pemimpin sejati.

2. Melanggar Batasan, Saat Rasa Penasaran Membunuh Kepercayaan

Kebiasaan "Normal", "Saya kan orang tuanya, saya berhak tahu semua urusannya demi kebaikannya."

Naluri ingin melindungi membuat kita ingin tahu segalanya. Siapa teman chat anak kita? Apa yang ia tulis di buku hariannya? Membaca pesan atau mengintip buku harian terasa seperti tindakan preventif untuk melindunginya dari bahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun