Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Barak Militer untuk Siswa "Nakal", Solusi atau Simptom Pendekatan Gagal?

1 Mei 2025   22:58 Diperbarui: 1 Mei 2025   22:06 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barak Militer untuk Siswa "Nakal", Solusi atau Simptom Pendekatan Gagal? | Dokpri

Dengan pendekatan ini, siswa merasa dipahami, bukan dihukum. Mereka akan belajar bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar, bukan alasan untuk dikucilkan.

Peran Strategis Guru BK dan Psikolog Sekolah

Guru Bimbingan Konseling (BK) dan psikolog sekolah adalah kunci utama dalam menangani siswa bermasalah. Sayangnya, masih banyak sekolah yang belum memiliki psikolog, bahkan jumlah guru BK pun sering kali tidak mencukupi.

Padahal, guru BK yang terlatih bisa menjadi tempat curhat yang aman bagi siswa. Mereka bisa melakukan asesmen, memberikan terapi pendek, atau merujuk ke profesional lain jika dibutuhkan. Tanpa peran mereka, penanganan siswa bermasalah hanya akan bersifat permukaan.

Melibatkan Orang Tua dan Lingkungan Sosial

Siswa tidak hidup dalam ruang hampa. Mereka dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, program pembinaan harus melibatkan semua pihak tersebut.

Misalnya, sekolah bisa mengadakan pelatihan parenting bagi orang tua siswa. Komunitas lokal juga bisa diajak terlibat dalam kegiatan sosial yang membangun rasa tanggung jawab siswa. Dengan cara ini, anak belajar dari lingkungan yang nyata, bukan dari tekanan fisik.

Mendidik dengan Hati

Pendidikan seharusnya membentuk manusia yang utuh, bukan hanya patuh, tapi juga sadar, kritis, dan berempati. Program barak militer untuk siswa bermasalah, memiliki tujuan mulia dan berniat baik, namun bagi pengkritik memiliki banyak potensi masalah jika tidak dilaksanakan dengan pendekatan yang tepat.

Jika yang dibutuhkan adalah disiplin, maka bentuklah disiplin yang lahir dari kesadaran, bukan ketakutan. Jika yang dicari adalah karakter, maka bangunlah karakter dengan teladan, bukan tekanan.

Anak bukan musuh yang harus ditaklukkan, tapi manusia yang butuh dipahami. Pendidikan yang manusiawi tidak hanya mendidik otak, tapi juga menyentuh hati.

"Karakter tidak hanya dibentuk di barak. Ia tumbuh di ruang yang penuh kasih, pengertian, dan dialog yang tulus.".(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun