Transisi antar adegan dinamis, koreografi pertarungannya energik, dan tiap karakter punya gestur dan mimik yang hidup. Ini bukan donghua biasa, ini sudah level sinematik.
Tema Besar: Kepercayaan, Identitas, dan Kepalsuan
To Be Hero X menyuguhkan refleksi mendalam tentang masyarakat modern. Apa artinya jadi pahlawan? Apakah itu soal keberanian dan kebaikan hati, atau sekadar tampil keren dan viral?
Dalam dunia serial ini, pahlawan bisa diciptakan lewat opini, bukan aksi. Kita diajak berpikir, Kalau semua orang percaya kamu baik, padahal kamu tidak, apakah kamu tetap orang baik?
Lin Ling menjalani dilema ini tiap hari. Dia bukan "Nice", tapi dia harus menjadi "Nice". Publik percaya padanya, dan itu membuatnya kuat. Tapi... apakah kekuatan itu layak ia miliki?
Pahlawan?
Para pahlawan dalam serial ini pada dasarnya selebriti. Mereka lebih sibuk mengelola citra publik ketimbang melatih kemampuan tempur. Beberapa bahkan terobsesi dengan followers, bukan pertarungan.
Konsep ini bikin kita mikir, apakah media sosial juga menciptakan "pahlawan semu" di dunia nyata? Banyak tokoh atau influencer yang disanjung tinggi, padahal aslinya penuh kepalsuan.
To Be Hero X seolah bertanya ke kita semua, Kalau dunia hanya percaya pada ilusi, siapa yang akan memperjuangkan kebenaran?
Kritik
Walau dibalut genre superhero dan animasi penuh aksi, serial ini menyindir budaya masyarakat yang gampang percaya pada kemasan. Yang penting tampak meyakinkan, urusan benar atau tidak bisa belakangan.
Hal ini sangat relevan dengan zaman sekarang, di mana informasi bisa dibentuk, citra bisa direkayasa, dan kepercayaan publik bisa dijadikan alat kekuasaan.
Catatan dari Episode Pertama
Episode pertama berjudul "Nice" langsung membombardir penonton dengan pace cepat. Plot berjalan gesit, karakter langsung dilempar ke konflik utama, dan kita dipaksa menyerap banyak informasi dalam waktu singkat.
Ada yang merasa ini bikin bingung. Tapi buat banyak penonton, justru ini bikin penasaran dan nggak sabar nonton lanjutannya.