Mohon tunggu...
Akhdan Primayuda
Akhdan Primayuda Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sebagai seorang yang sering mempertanyakan arti hidup, saya menaruh semuanya dalam tulisan fiksi. Manusia terbatas karena kebebasan orang lain. Namun, manusia memiliki kebebasan dalam berfantasi. Saya hanya tidak mau memendam kebebasan yang tak seharusnya terkekang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayang

9 Juli 2025   18:16 Diperbarui: 9 Juli 2025   18:16 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apa yang sebenarnya aku cari? Betapa bodohnya aku mencari bayangan yang tak pernah berbicara padaku. Kau sama saja seperti istriku" Gustav mengeluh kecewa.

Alfred tetap diam, mungkin pertunjukkan kali ini telah selesai. Bisa dibilang Alfred sangat kecewa akan hasilnya, tapi masih sangat penasaran. Dia adalah seseorang yang selalu penasaran akan cara berpikir gelandangan. Diantara gelandangan yang ia coba uji, mungkin hanya Gustav yang mempunyai pikiran yang menarik.

Tak seperti lainnya, mereka hanya memikirkan tentang uang atau hal-hal adiktif candu lainnya. Akan sangat tanggung jika Gustav menyerah sekarang untuk mencari bayangannya sendiri. Sore itu sangatlah gelap untuk seorang gelandangan yang telah redup. Tak lama kemudian, datanglah hujan membawa petir dan kilat yang membuat lampu seluruh kota padam.

Diantara gemuruh dan kilat yang bersautan, Alfred mencoba masuk ke pikiran Gustav. Ia melihat bayangannya ditengah kilat yang menyambar. Alfred perlahan menunjuk bayangan Gustav dan memberitahunya.

"Hei, tidakkah kau lihat bayanganmu perlahan muncul. Ia hanya canggung karena meninggalkanmu sebentar dipagi hari"

Gustav menoleh, matanya tampak hidup lagi hingga ingin melanjutkan pencariannya. Betapa senangnya Alfred melihat bahwa harapannya masih ada. Ia menyarankan untuk mencarinya sekarang, karena takut bayangannya pergi lagi.

Selama ini Gustav yang selalu melihat kebawah dengan rasa yang gundah, kini dagunya ditopang dengan tegak. Ia tak pernah merasakan cahaya ini sebelumnya.

Disisi lain, Alfred yang melihat Gustav begitu berbinar, mulai merasakan apa yang selama ini ia cari. Perasaan yang tak pernah akan didapatkan oleh orang kaya tua sepertinya. Mereka pun mulai mencari alasan mereka menetap. Pencarian bayangan.

Dalam pencarian bayangan dengan kota lampu kota yang sepenuhnya padam, mereka tak gentar untuk mencari bayangan. Hatinya masih bersinar dan akan terus menjadi penerang untuk menemukan jalan.

Tak lama, saat Gustav berdiri didepan toko musik. Lampu kota saat itu telah hidup, bersamaan dengan bayangan yang selama ini Gustav cari. Alfred tersenyum lebar, ia sangat amat senang akan kejadian yang sangat bertautan. Gustav menangis haru, walau ia tak bisa memeluk bayangannya, perasaannya yang memeluk erat bayangan yang sangat ia cintai. Mereka berdua masuk menuju toko musik tersebut.

Saat mereka masuk kedalam toko itu, perlahan lampu utama menggeser bayangan Gustav sangat dekat dengan gitar akustik berkilau. Gitar edisi lama dengan nuansa tua namun klasik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun