4. Paradigma pelayanan publik yang belum sepenuhnya menjadi orientasi utama.
Inspirasi Model Kepolisian di Eropa dan Asia
Dalam mendorong reformasi, POLRI dapat belajar dari model kepolisian di berbagai negara. Di Eropa, model kepolisian Norwegia dan Belanda dikenal paling maju dalam hal demiliterisasi. Polisi mereka ditempatkan sebagai institusi sipil sepenuhnya, dengan penekanan besar pada community policing. Di Norwegia, sebagian besar polisi bahkan tidak membawa senjata api dalam tugas sehari-hari, kecuali dalam kondisi khusus. Fokus mereka adalah dialog, mediasi, dan pencegahan konflik. Belanda juga mengutamakan transparansi, dengan sistem pengaduan publik yang kuat dan terhubung dengan ombudsman independen.
Di Asia, model Jepang sering dianggap terbaik. Konsep koban atau pos polisi kecil di lingkungan permukiman membuat polisi hadir setiap hari dalam kehidupan masyarakat. Polisi Jepang menjalankan peran sosial, memberi edukasi, bahkan membantu tugas-tugas sipil kecil. Pendekatan ini membuat warga melihat polisi sebagai bagian dari komunitas, bukan aparat yang menakutkan. Sementara itu, Singapura menekankan integritas dan profesionalisme. Polisi di sana mendapat gaji tinggi untuk mencegah korupsi, tetapi juga diawasi ketat oleh lembaga independen yang memastikan netralitas mereka.
Kedua model ini menunjukkan bahwa kepolisian modern hanya bisa berhasil jika mengedepankan transparansi, pelayanan, integritas, dan keterlibatan komunitas.
Rekomendasi Reformasi POLRI
Berdasarkan teladan nasional dan praktik internasional, reformasi POLRI perlu diarahkan pada:
Demiliterisasi institusi, dengan pendidikan berbasis sipil, HAM, dan pelayanan publik.
Menegakkan integritas, mengikuti teladan Hoegeng, dengan seleksi ketat dan sanksi transparan.
Mengedepankan pelayanan masyarakat, dengan memperbanyak pos polisi komunitas dan mengubah paradigma dari aparat penindak menjadi mitra rakyat.
Menguatkan pengawasan eksternal, memberi kewenangan penuh kepada Kompolnas dan lembaga independen lain untuk menyelidiki pelanggaran.