Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Restrukturisasi Remunerasi Pejabat Tinggi Negeri

7 September 2025   07:07 Diperbarui: 7 September 2025   12:34 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

8. Anggota DPR RI

Anggota DPR memiliki gaji pokok Rp 4,2 juta, ditambah berbagai tunjangan tetap. Setelah adanya pemangkasan pada 2025, total take-home pay anggota DPR adalah sekitar Rp 65 juta per bulan. Tidak ada tantiem.

Antara Daya Saing, Transparansi, dan Legitimasi

Daya saing & pencegahan korupsi. 

Model Singapura menunjukkan argumen "gaji tinggi untuk integritas" dengan tautan eksplisit ke pasar tenaga profesional. Secara normatif model ini defensibel bila---dan hanya bila---indikator kinerja nasional (pertumbuhan, ketimpangan, kualitas layanan publik) sungguh mengunci komponen variabel sehingga publik melihat "bayar untuk hasil", bukan sekadar status.

Keterjangkauan fiskal & simbolisme sosial

Di Malaysia dan Thailand, gaji kepala pemerintahan relatif moderat dibanding Singapura. Moderasi angka dapat memperkuat simbolisme egalitarian, tetapi tanpa arsitektur pengendali konflik kepentingan, moderasi nominal tidak otomatis berarti efisiensi ataupun integritas.

Transparansi & akuntabilitas

Brunei memperlihatkan batas kritik ketika data tak terbuka; akuntabilitas sulit diukur bila komponen "civil list", fasilitas istana, atau kendaraan dinas tidak dipublikasikan secara rinci. Kekosongan data meningkatkan jarak sosial dan menurunkan legitimasi berbasis informasi.

Keadilan relasional

Vietnam menunjukkan dilema sebaliknya: gaji formal pejabat tinggi rendah dalam denominasi pasar, bahkan setelah kenaikan basis. Dalam konteks biaya hidup perkotaan dan ekspektasi peran, risiko "kompensasi informal" meningkat bila kontrol integritas tidak ketat---sebuah temuan lazim dalam literatur ekonomi politik negara berpenghasilan menengah. Kebijakan transisi yang masih mempertahankan koefisien sementara menyiapkan skema baru adalah momentum untuk menautkan gaji pejabat tinggi ke indikator kinerja pelayanan publik, bukan sekadar inflasi atau kemampuan fiskal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun