Pagi buta sepasang netra memandang dari kejauhan, pikirku itu adalah bayangmu, nyatanya bukan! Itu sungguh engkau. Aku kian terpekik sebab terasa seabad aku bersemayam dalam menunggu. Menantimu di penghujung waktu. Keluh pada semesta selalu menjadi tradisi, untuk mengembalikan temu sesegera mungkin
Aku mencoba untuk bersabar pada penantian. Mungkin bukan sekarang aku bersua denganmu, atau memang belum waktunya takdir mengijinkan. Tapi, senantiasa ku bersyukur bahwa engkau kembali untuk Merangkai cerita denganku. Sebab Pergimu meninggalkan rindu dalam dada.
Kini, ijinkan daku untuk selalu bersua bersamamu, menghabiskan waktu dengan penuh keharmonisan. Mengungkapkan segala bentuk rindu yang tersimpan lama dalam nadi jantung kita. Berikan jedah pada kisah kita apabila pergimu diharuskan. Teruslah menjadi baik bagiku serta bagi kita di hari nanti.
Kutahu yakinmu memberikan ketenangan pada akal. Tak inginku menjadi bebanmu apabila engkau masih berurusan dengan giatmu. Akan kutetapkan engkau sebagai lakon utama dalam sujudku di sepertiga malam. Semoga engkau menjadi bagian dalam perlindungan-Nya.
Sebabku selalu menagih janjimu untuk kembali pulang. Tetaplah kuat untuk menahan rindu yang terus bergairah menuntut pada pertemuan.
~Gaudensia~
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI