Seorang badut ceria yang biasa menatap langit di atas, kini harus belajar melihat ke depan agar tak terjatuh. Mencintai itu wajar, tapi memaksa untuk memiliki bukanlah hal yang baik. Aku kini sadar akan peranku---"teman", ya hanya sebatas itu.
Harusnya aku bisa mengerti bahwa cinta adalah perasaan yang menantang---ia seperti sarang lebah. Aku mulai bisa memusnahkan semua perasaan dan kenangan manis bersamanya yang selama ini hanya menyiksaku.
"Aylona? Itukah kamu?"
Dalam langkahku yang hendak menjauh, Mark tiba-tiba muncul. Namun tidak ada lagi getaran di jantungku. Aku berhasil bebas dari penjara yang kubangun sendiri. Ya, perasaanku sendirilah yang membelengguku.
"Maaf, aku sedang buru-buru," kataku, bergegas meninggalkan Mark.
"Apa kita harus seperti ini? Nggak bisakah kita kembali jadi teman? Atau... teman tapi mesra?" ujar Mark. Aku berhenti berjalan dan menoleh ke belakang.
"Apa kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu katakan, Mark?" tanyaku dengan alis mengernyit.
"Aku nggak mau kita menjauh begini, Aylona."
Mark menatap mataku, tampak tulus.
"Aku nggak bisa membiarkan diriku terperangkap lagi. Aku kasihan dengan hatiku sendiri. Maaf, Mark. Permisi, aku pergi."
"Aylona!"