Mohon tunggu...
Siti Rahmadani Hutasuhut
Siti Rahmadani Hutasuhut Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis puisi, cerpen dan opini sosial-hukum-budaya

Im interested in social phenomena, deep thoughts and mentality

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prinsip Menjadi Diri Sendiri

19 Maret 2019   20:53 Diperbarui: 20 Maret 2019   00:29 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak bermaksud menyimpulkan, saya hanya menjawab beberapa kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sebagai antisipasi. Bukan karena saya ingin menyiksa diri atau tidak percaya takdir Tuhan. Tapi semua itu semata karena kehati-hatian.

Sejauh mana akal manusia bisa sampai menerka segala kemungkinan terburuk? Saya tidak yakin bisa mengukurnya, karena akal manusia adalah ciptaan Tuhan. Semua ciptaan Tuhan tidak akan selesai diukur. Oleh sebab itu semampu saya memakai akal saya sejauh mana akal tersebut menggapai apa yang sedang saya pertanyakan atau pikirkan.

Contoh kecil kehati-hatian perlu digunakan dalam keseharian misalnya, apabila seseorang hanya menjadi diri sendiri tanpa memikirkan resiko dan hanya menikmati apa yang terjadi saat ini, bagi saya itu sebuah kesalahan. Seperti ilustrasi misalnya, suatu keadaan seorang wanita mencintai seorang pria yang tidak pernah dikenalkan kepada orangtua pun lelaki tersebut tidak mengetahui bahwa wanita tersebut mencintainya. 

Hanya karena beberapa kali wanita dan pria itu pulang bersama dan makan bersama, lantas wanita tersebut tidak membatasi sikap dengan dalil menikmati yang terjadi dan menjadi diri sendiri. 

Wanita tersebut dikenal sebagai wanita yang jujur, ramah, blak-blakan dan cerewet. Ketika wanita tersebut mendapati momen yang pas, mengutarakan perasaan dan membuntuti pria tersebut berbulan-bulan berharap pria itu akan memiliki perasaan yang sama karena keramahan yang telah menjadi diri sendiri dihadapannya. 

Bagaimana tanggapan pria tersebut? dia tetap baik dan semakin baik sehingga wanita tersebut salah paham dan membuat perasaan semakin tidak terkendali. Wanita tersebut menerobos meminta pria itu untuk menikahinya hanya karena pria itu bersikap baik padahal belum pernah menyatakan cinta dan menerima pernyataan cinta wanita tersebut. Pada akhirnya diketahui ternyata pria tersebut sudah bertunangan.

Apakah kamu yakin ilustrasi hanya sampai disana? Bisa iya bisa tidak. Coba pakai jawaban kedua, jika tidak. Pria tersebut kemungkinan akan tertawa menganggap konyol tingkah wanita tersebut dan bercerita kepada tunangannya. Satu tahun kemudian wanita tersebut menjabat sebagai salah satu menteri di Kementerian Indonesia atau duduk sebagai anggota DPR RI atau jabatan lainnya yang berpengaruh dalam sistem pemerintahan, lantas apakah ilustrasi tersebut berhenti? Bisa iya bisa tidak. 

Pria itu akan bercerita kepada rekan-rekannya bahwa wanita tersebut adalah orang yang konyol. Walaupun cerita itu tidak disebarluaskan olehnya, setidaknya kenangan konyol itu masih ada dalam pikiran dan menghiburnya sewaktu-waktu dia melihat wanita tersebut di televisi.

Memang ada benarnya, sesuatu yang terjadi di masa lalu hanya tertinggal di masa lalu dan sekiranya terkadang tidak perlu terlalu memikirkan masa depan atau masa kini ketika masa lalu tersebut hanya sebagai kenangan. Setiap yang terjadi sebagai kenangan; buruk atau baik hanya sebagai cerita pengalaman, benar adanya. 

Tentang perbuatan yang telah, sedang atau akan dilakukan pun tidak bisa terlepas dari penilaian oranglain dan kita tidak mampu mengatur harus bagaimana penilaian oranglain tersebut sehingga membiarkan mereka berpikir kita adalah orang konyol di masa lalu bukanlah masalah besar pun benar adanya.

Tapi menurut saya, lebih baik meninggalkan cerita pengalaman yang baik atau setidaknya bukan kenangan yang sembrono. Ketika masih bisa memilih pilihan yang lebih baik daripada harus bersikap sembrono, mengapa tidak?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun