Mohon tunggu...
Tia Maimunah
Tia Maimunah Mohon Tunggu... Pelajar

Seorang pelajar gen z, yang suka membaca novel atau cerita fiksi disela sela waktu senggangnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Takdir yang Terlewat

12 Mei 2025   10:00 Diperbarui: 21 Mei 2025   21:55 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Takdir yang Terlewat

Ditulis Oleh: Tia Maimunah

Pagi ini, mataku terasa berat. Sinar sang surya mengintip di sebalik jendela kamarku, mengetukkan kaca buram itu bersama angin temannya. Tidak ada kata yang keluar pada saat ini, hanya bisikan-bisikan hati tatkala merasa masih ingin berbaring. Namun, apa daya, hari akan terus berjalan tanpa menungguku berdiam diri bermalas malasan.

Kumiringkan badanku menuju kesamping tempat tidur, mendudukkannya di atas bantalan empuk kasur yang bergelombang layaknya awan. menginjakkan kakiku di atas lantai keramik yang dingin, membuat mataku membelalak segar dibangunkannya., tanganku bertumpu kepada kasur, mendorong tubuh untuk segera berdiri, bangun untuk memulai hari.

Dengan langkah lunglai menuju kamar mandi, Aku menggaet handuk yang tergantung lebar di depan sana. menyegerakan air dingin dipagi hari itu meluncur membersihkan badanku dan jatuh mengalir bebaas, keluar dari Bak kamar mandi yang sempit itu menuju ke dunia yang lebih luas.

Harum semerbak parfum telah menyebar ruai menyelimuti tubuhku, dengan seragam sekolah yang kupakai, piring sarapan kosong, dan segelas susu di pagi hari. Aku siap meraih tas ransel hitam yang tepat menyandar di atas salah satu meja belajarku.

Diawali dengan salam hangat perpisahan dengan ayah dan ibuku, kegiatan pagiku diluar rumah benar-benar dimulai. Kulambaikan tanganku kepada mereka, senyum hangat terlukis di bibir mereka, menghangatkan keadaan sekitar.

Krieett

Bersandar kepada kursi penumpang, pemandangan gedung, kantor, dan perumahan menghiasi perjalanan ke Sekolah kali ini. Bayangan dan cahaya selalu datang melewati mataku, menyebar di antara celah gedung bahkan lubang kecil diantara dedaunan.

"Halo!"

Suara yang tampak asing memecah keheningan disebelahku, dikursi penumpang tepat disampingku, sudah terduduk seorang laki-laki berseragam sekolah menengah yang sama denganku. dengan senyum ramahnya, ia mohon permisi untuk bisa duduk disebelahku yang kebetulan berada di tempat duduk area belakang.

"Aku Bima"Tangannya terulur kedepanku yang sedang menunduk membuka halaman buku. 

"Aku Rita."Menjawab uluran tangannya, perjalaananku pagi itu tidak hanya berisi membaca buku dengan tenang di Bis.

Kami banyak membicangkan banyak hal, apalagi terkait buku. Berada di Sekolah yang sama tidak membuat kami bertemu secepatnya, tepi berada ditempat dan waktu yang sudah ditentukan, membuat kami berada di di situasi sekarang.

Sesampainya di halte sekolah kami berpisah, percaya bahwa pertemuan ini memiliki arti dan rahasianya sendiri. Kami saling melambaikan tangan di persimpangan arah menuju kelas masing-masing.

"Sampai jumpa, kapan-kapan kita ketemu lagi ya"Tangannya terlambai ke arahku

Menatap isi kelas, sudah banyak teman-temanku yang sudah berkumpul bersama. Kelas yang ramai, udara yang bersih, dan cahaya yang terang mengisi ruangan putih itu. Hangat rasanya, menerima sambutan dari teman-temanku yang sudah bersua ria membicarakan banyak hal.

"Eh, Kamu tahu nggak sih. Katanya kita hari ini kedatangan tamu dari salah satu penulis terkenal. Yang bukunya sempet diterjemahin kebeberapa bahasa asing dan jadinya terkenal sampai luar negeri"

"Maksudmu Kak Rinka?"

"Iya Kak Rinka"

"Aku ada bawa bukunya hari ini."

Menatapku kagum, temanku mengatakan beberapa hal termasuk memuji buku yang kubawa karena memang itu merupakan buku terbitan pertama dari Kak Rinka serta mengatakan bahwa aku mungkin beruntung karena akan mendapatkan tanda tangan Kak Rinka yang menjadi salah satu penulis buku favoritku.

"Selamat pagi semuanya."Lapangan indoor Sekolah bergetar, Pembawa acara yang akan memandu jalannya acara bincang cermat bersama penulis hebat.

Acara berjalan dengan lancar, banyak membicarakan tentang dunia kepenulisan, berbagi pengalaman selama menjadi penulis yang telah terkenal hingga ke mancanegara. 

"Wah, terdengar seru banget ya perjalanan kepenulisan dari Kakak  Rinka. Selanjutnya, mari kita dengar cerita dari adik-adik yang tertarik dengan dunia kepenulisan. Apakah ada yang tertarik? ayo angkat tangannya"

Teman-teman disana bersorak, mengangkat tanganya tinggi, berharap mendapat prehatian dan kesempatan untuk bertemu idola mereka.

Dengan ragu tapi perlahan, aku mengangkat tanganku ke atas, diam selama beberapa saat bersapukan angin datang. Mataku menatap bulat ke arah panggung, tempat dimana salah satu orang yang menjadi motivasi hidupku dalam dunia kepenulisan. 

Mata pembawa acara beribinar ke satu titik, menunjuk salah seorang siswa di antara kerumunan."Yah, Kamu adik. Silakan,"dengan senyum yang tertoreh lebar, pembawa acara mempersilahkan untuk maju kedepan.

"Baik, terimakasih sebelumnya. Saya ..." 

Acara jumpa telah selesai, suasana lapangan telah menjadi sepi dan bersih kembali. Namun,berbeda dengan suasana beberapa kelas yang masih dipenuhi dengan suasana hangat, membicarakan bagaimana acara tersebut berjalan.

"Ta, lo beruntung banget sih. Bisa ngobrol langsung dan dapet tanda tangannya Kak Rinka"

"Hehehe, iya gue beruntung banget. Karena gue ke Sekolah, berangkat tepat waktu, dan bawa buku bacaan yang kebetulan penulisnya Kak Rinka, seseorang yang dateng ke Sekolah kita hari ini,"Kudekapkan buku dengan cover lembut itu dengan kedua tangan mengarah ke pelukanku. 

Apakah hari ini akan terulang kembali ketika Aku tidak datang ke Sekolah?

Akankah takdir bersedia merancangkan sesuatu seperti ini lagi untukku ketika aku melewatkannya?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun